Memasuki Kemarau, Warga Krisis Air Bersih

Sumber:Media Indonesia - 08 Juli 2007
Kategori:Air Minum
KUPANG (Media): Warga Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mulai Juli 2007 mengalami krisis air bersih setelah debit sejumlah mata air di daerah itu menurun akibat kemarau.

Rata-rata penurunan debit mata air berkisar antara 7-30 liter per detik. Mata Air Oepura di Kelurahan Oepura menurun dari 40 liter per detik menjadi 10 liter per detik, mata air Kolhua di Kelurahan Kolhua menurun dari 15 liter per detik menjadi delapan liter per detik, dan mata air Dendeng di Kelurahan Bakunase dari kondisi normal 10 jadi dua liter per detik.

Kepala Bagian Humas dan Langganan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kupang Jusuf Nope mengatakan Kota Kupang baru akan memasuki puncak kemarau antara Oktober-Desember.

''Pada kemarau panjang, PDAM akan mengalami kesulitan membagikan air kepada penduduk karena debit yang sangat terbatas,'' katanya kepada Media Indonesia di Kupang, kemarin.

PDAM Kupang, katanya, memiliki delapan mata air menggunakan tenaga gravitasi, tetapi semua sumber air itu telah mengalami penurunan debit sejak Juni 2007 dan memasuki Juli terus turun.

Normalnya, delapan mata air itu memiliki debit 283 liter per detik sehingga cukup memenuhi kebutuhan air bersih bagi 259 ribu pelanggan air PDAM. Selain itu, PDAM juga memiliki 21 sumber air yang menggunakan mesin pompa.

Sementara itu, warga Desa Pahonjean, Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) membendung Sungai Cijalu agar air sungai tersebut mampu mengaliri areal sawah seluas 300 hektare (ha) milik warga yang kini mulai mengering.

Bakir, 53, salah seorang warga Desa Pahonjean, mengungkapkan bahwa setiap musim kemarau, air dari saluran irigasi yang bersumber dari Sungai Cijalu biasanya tidak sampai mengairi areal persawahan di dusun-dusun desa setempat. Menurutnya, dusun-dusun yang tidak teraliri air di antaranya adalah Dusun Geblongan, Rawadadi, Rawalo, Bantar Picung, Pahonjean, Rancakmanik, dan Bokong Maros. (PO/LD/X-6)



Post Date : 08 Juli 2007