|
Poniah (55 tahun) terlihat sibuk mengusir lalat-lalat yang bertebaran di atas ikan-ikan yang dijualnya. Dengan menggunakan sapu ijuk, Poniah berusaha agar lalat-lalat itu tidak mengerumuni ikan-ikan yang dijualnya. Sementara lalat-lalat selalu berpindah-pindah menempel dari ikan milik Poniah ke tumpukan sampah yang terletak persis di depan dagangannya. ''Kalau begini terus, nggak ada pembeli yang mampir. Saya bisa rugi,'' kata pedagang ikan di PD Pasar Jaya Mampang Prapatan, Jakarta Selatan ini, gamang. Meski hingga kini masih ada saja pelanggan yang tertarik dengan ikan hasil jualannya, wanita paruh baya itu mengaku mulai khawatir bila dagangannya mulai ditinggalkan pembeli. Karena itu, kata Poniah, pedagang mungkin menilai kalau dirinya kurang memperhatikan faktor higienis pada ikan-ikan yang dijualnya. Apalagi letak kiosnya berhadapan persis dengan tumpukan sampah. Menumpuknya sampah di depan kios pedagang bukannya tanpa sebab. Ini karena memburuknya manajemen pengelolaan sampah di pasar tradisional kebanggaan warga Mampang ini. Di pasar itu juga terdapat tempat sampah, yang lokasinya hanya berjarak tiga meter dengan tempat jualan Poniah. Luas tempat sampah sekitar 18 meter persegi. Namun, karena sampah-sampah diangkut dua hari sekali akibatnya menumpuk hingga di jalanan dan berhadapan persis dengan kios-kios pedagang. Pantauan Republika, ada tiga kios yang berhadapan persis dengan tumpukan sampah. ''Gimana nggak menumpuk sampahnya. Kan diangkutnya dua hari sekali,'' ujar Poniah yang sudah berjualan di pasar itu sejak empat tahun. Poniah mengaku, setiap hari pedagang dipungut biaya restribusi kebersihan sebesar Rp 2.500. Buruknya penanganan sampah di Pasar Mampang Prapatan diakui Sekretaris Kotamadya Jakarta Selatan, Budiman Simarmata. Budiman mengatakan sampah di TPS Pasar Mampang terlihat berceceran dan menimbulkan bau busuk sangat menyengat dan mengganggu lingkungan. Padahal, kata dia, pihak PD Pasar dan Lurah Mampang sudah berkali-kali diperingatkan namun belum juga ada perubahan. Untuk itu, pihaknya kembali mengingatkan Lurah Mampang Prapatan, Heryanto, agar membenahi penanganan sampah di lingkungan pasar secepatnya. ''Kebersihan di pasar harus diutamakan karena dapat menimbulkan bau busuk kemana-mana. Tim Bangun Praja sudah empat kali datang tapi belum juga ada perubahan penanganan sampah, sampah masih berceceran di mana-mana. Seharusnya kebersihan pasar jadi prioritas utama, terutama masalah tempat pembuangan sampah (TPS) selalu dijaga dengan baik,'' tandas Budiman, saat melakukan sidak kebersihan TPS di sejumlah tempat di Jaksel, belum lama ini. Bukan itu saja, saat meninjau bantaran Kali Mampang dan Kali Ciliwung yang berada di Jl MT Haryono, ditemukan pula adanya kabel listrik PLN yang berada di aliran air tepatnya di bawah jembatan. Kabel listrik itu menyebabkan sampah tersangkut. ''Harus diupayakan agar sampah tidak nyangkut lagi,'' tegur Budiman. Wakil Wali Kota, Sadoni, juga merasa kecewa melihat penanganan sampah di tiga pasar di Kecamatan Cilandak dan Kebayoran Baru antara lain Pasar Mede di wilayah Kecamatan Cilandak. Dalam sidaknya di tiga pasar tersebut, Sadoni melihat di mana-mana sampah terlihat berantakan, kotor dan menimbulkan bau akibat sampah belum diangkut. Umumnya sampah yang tidak diangkut berada didekat lapak-lapak pedagang sayur-mayur. Sadini menyesalkan tanggung jawab pengelola sampah yang tidak tanggap terhadap kebersihan yang menjadi proritas utama Pemkot Jaksel dalam rangka menghadapi penilaian Tim Bangun Praja. Ini tidak terlepas dari upaya Pemkot Jaksel yang mempertahankan Penghargaan Adipura. Sekurangnya terdapat 40 pasar tradisional di wilayah Jaksel yang mendapat pengawasan soal kebersihannya. ''Tanggung jawab pengelola pasar sangat kurang. Buktinya, penanganan sampah di tiga pasar yang berada di Kecamatan Cilandak dan Kebayoran Baru tidak becus. Pengakutan sampah tidak tepat waktu dan kotor,'' tegur Sadoni. Namun, tidak semua pasar buruk dalam pengelolaan sampahnya. Wakil Wali Kota menunjuk Pasar Mayestik, yang dinilai mampu mengelola sampah. Bayu Godang, staf administrasi PD Pasar Mampang Prapatan mengatakan bila penanganan sampah bukan kewenangan PD Pasar. ''Ada pihak ketiga yang mengurusi sampah. PD Pasar hanya menata, membagi dan mengurusi soal penempatan kios-kios pedagang,'' katanya, ditemui di kantornya. Mengenai penarikan restibusi, karena kewenangan pihak ketiga tersebut, maka, kata Bayu, sudah sepantasnya diminta oleh perusahaan itu. Begitu juga soal pengangkutan tidak tepat waktu atau rutin setiap hari, Bayu menilai urusan perusahaan pengelola sampah itu. Dikatakan, volume sampah di PD Pasar Mampang cukup lumayan, hanya tujuh kubik selama dua hari. Sedang kapasitas truk pengangkut sampah mencapai 8 meter kubik Atas sindiran pejabat pemkot mengenai pengelolaan sampah di TPS pasarnya, Bayu menilai itu hal positif. Selain berkoordinasi dengan pihak ketiga, PD Pasar, sambungnya, juga berkoordinasi dengan keluarahan setempat. ''Pihak kelurahan setiap pagi ikut menangani mengangkut sampah, dan itu berlangsung sepekan terakhir.''( zak ) Post Date : 02 Mei 2006 |