|
Barang-barang yang sudah tidak terpakai dan terbuang di tempat sampah bisa dijadikan kerajinan tangan yang menarik. Dengan sentuhan kesabaran dan balutan kreativitas, barang-barang bekas ini dapat dibuat produk baru yang berdaya guna. Kreativitas dengan memanfaatkan barang bekas digaungkan dalam Lomba Kreativitas Barang Bekas di SMP Al-Muttaqin, Minggu (14/9). Lomba diikuti murid SMP Al-Muttaqin. Gelas plastik kemasan air mineral yang tidak terpakai dimanfaatkan sekelompok murid sebagai bahan dasar membuat kerajinan tangan. Selanjutnya, barang bekas yang tadinya terbuang di tempat sampah ini diberi variasi kain perca dan dus kotak kue sehingga menjadi sebuah tempat buah yang menarik. Tampak sederhana. Namun, dari produk itu terpancar sebuah kreativitas. Tidak salah jika juri akhirnya menetapkan tempat buah dari gelas plastik, kain perca, dan dus kotak kue sebagai juara pertama pada lomba yang diselenggarakan Sampoerna Foundation Scholars Club (SFSC) Jakarta, sebuah organisasi nirlaba yang merupakan afiliasi dari Putera Sampurna Foundation (PSF). Juri juga tertarik atas produk hiasan dinding dengan memanfaatkan kaleng susu kosong yang digunting menjadi cabikan-cabikan kecil. Selanjutnya, potongan-potongan kecil itu dilekuk-lekukkan dan menjadi sebuah hiasan dinding. Sebuah rumah cantik yang dirangkai dari sedotan plastik minuman juga mencuri perhatian para juri. Untuk setiap produk ini, juri memutuskan hiasan dinding dari kaleng susu menggondol juara kedua dan rumah dari sedotan plastik minuman sebagai juara ketiga. Masih ada satu karya yang cukup menarik, yakni miniatur perahu dari sedotan plastik minuman. Karya ini berukuran panjang satu meter dan lebar bervariasi hingga 30 sentimeter. Namun, karya dari kelompok yang terdiri dari sejumlah murid perempuan itu tidak menjadi pilihan para juri sebagai juara pertama, kedua, atau ketiga dalam lomba itu. ”Dalam karya itu memang tercermin adanya kreativitas dari murid. Untuk merangkai sedotan plastik menjadi miniatur perahu ini tidak mungkin menggunakan bahan baku berasal dari barang bekas karena membutuhkan sedotan dalam jumlah banyak,” kata Humas SFSC Jakarta Lusiana Dlorita. Selain lomba, di tempat yang sama SFSC Jakarta juga menggelar workshop usaha kecil dan menengah tentang pembuatan sosis dari bahan dasar kedelai. Workshop ini diikuti para perempuan yang tergabung dalam komunitas Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, sebagai binaan SFSC Jakarta. Sejak SMP Tidak muluk-muluk. Aktivitas SFSC Jakarta yang terdiri dari sejumlah mahasiswa penerima beasiswa Putera Sampurna Foundation ini ingin menumbuhkan kreativitas di kalangan pelajar tingkat SMP. Maka, kumpulan orang muda ini berkomitmen akan terus berkesinambungan memberikan kontribusi nyata dalam memajukan dunia pendidikan. ”Adanya kreativitas memacu anak-anak berusia sekolah, kelak mereka diharapkan mampu menciptakan lahan pekerjaan baru,” kata Lusiana. Bersamaan dengan lomba kreativitas ini, secara berkala, setiap tiga bulan sekali aktivis tersebut menyelenggarakan aktivitas sosial kepada masyarakat. Tujuannya adalah pemberdayaan perekonomian rakyat dalam cakupan industri rumah tangga sehingga membantu masyarakat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kualitas kehidupan warga. Wajar saja, SFSC Jakarta ini memilih komunitas warga Kelurahan Kapuk Muara sebagai sasaran pemberdayaan kali ini. Selain karena tingkat sosial ekonomi sangat rendah, yang lebih memprihatinkan lagi adalah komunitas suburban ini tinggal bersebelahan dengan sebuah wilayah permukiman elite. Pingkan Elita Dundu Post Date : 16 September 2008 |