Memandang Liukan Sampah

Sumber:Koran Tempo - 21 Desember 2006
Kategori:Sampah Jakarta
Cahaya matahari pagi menyapa hangat Sungai Ciliwung. Sinarnya berkilauan di atas air berwarna cokelat pekat yang mengalir deras.

Seorang pria bertelanjang dada tampak menikmati kali yang ada di bawah jembatan Jalan Tanjung Barat, Jakarta Selatan, itu. Lelaki paruh baya tersebut asyik menyikat giginya, meski sampah berseliweran di dekatnya.

Tumpukan sampah rumah tangga banyak bertebaran di sepanjang kali tersebut. Jenisnya pun beragam, mulai sampah plastik sampai tempat tidur.

Pemandangan tak sedap itu tampak dari atas perahu karet yang ditumpangi Tempo bersama empat orang dari Gerakan Peduli Sekitar Kita (GPSK) dari Yayasan Buddha Dharma Indonesia dan dua orang dari Flora & Fauna Internasional (FFI) saat menyusuri sungai itu, Kamis pekan lalu.

"Saya kaget, tidak menyangka kondisinya sudah separah ini," kata Prita Himawan, anggota GPSK. Wanita berusia 37 tahun ini tercengang. Begitu pun peserta lainnya.

Sungai Ciliwung, kata Prita, sebenarnya indah. Banyak tempat yang masih hijau dengan pepohonannya. "Kalau saja tidak ada sampah, sungai ini bagus untuk obyek pariwisata," ujarnya.

Bahkan sampah yang menyangkut di pohon-pohon bisa menimbulkan bahaya. "Semakin bertambah sampah yang menyangkut, pohon akan tumbang," kata Hendra, pegawai lapangan FFI.

Solusinya, menurut Hendra, adalah mengubah gaya hidup masyarakat dalam hal membuang sampah. Namun, kata Prita, sangat sulit memperbaikinya tanpa ada kesadaran masyarakat dan peran aktif pemerintah.

Ternyata banyaknya sampah tak membuat masyarakat sekitar enggan memanfaatkan sungai yang menghubungkan Jakarta dan Bogor itu. Sebagian dari mereka bahkan mencari rezeki dari sana.

Di tengah perjalanan, seorang pencari ikan sapu-sapu terlihat menebarkan jaring. Dengan menggunakan sampan yang terbuat dari pelepah pohon pisang, ia menyeberangi aliran sungai selebar 10 meter tersebut. Sementara itu, beberapa rekannya sibuk membersihkan ikan hasil tangkapannya.

Kesibukan pencari ikan itu segera lenyap dari pandangan seiring dengan laju perahu karet warna abu-abu yang kami tumpangi. Satu setengah jam berlalu sudah, penyusuran yang dimulai dari Tanjung Barat itu berakhir di tepi sungai di kawasan Condet, Jakarta Timur. Perjalanan sejauh tiga kilometer di sungai yang diwarnai sampah itu pun usai. RUDY PRASETYO



Post Date : 21 Desember 2006