|
BANYUWANGI - Pasca perusakan tandon utama air (ground captering) milik PDAM di Dusun Pawon, Desa Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi berlanjut ke meja perundingan. Kemarin, ratusan petani dari Kelurahan Klatak dan Kalipuro terlibat dialog dengan pejabat pemerintah lintas instansi dari PDAM, Kimpraswil, Bappekab, Dinas Pengairan, Camat Kalipuro dan Kapolsek Kalipuro. Dialog mencari solusi bersama pasca perusakan tandon air itu dihadiri ratusan petani. Intinya, petani mendesak kepada PDAM agar tidak menutup saluran buang PDAM di sumber air Pawon. Dialog yang berakhir pukul 15.00 akhirnya menghasilkan keputusan yang melegakan bagi petani. Antara lain, PDAM tidak akan menutup lagi pipa saluran buang yang terlanjur dirusak petani tiga hari lalu. Keputusan dialog bisa diterima semua yang hadir. Bahkan camat Kalipuro Drs Djufri Yusuf MM --yang ditunjuk sebagai moderator--menegaskan kalau kesepakatan itu harus dilaksanakan. "Tuntutan kami akhirnya dikabulkan. Semoga kesepakatan ini berlaku untuk selamanya. Jangan sampai pipa buang ditutup lagi," ujar perwakilan petani, Hariyono. Selain kesepakatan di atas, petani juga menyodorkan tuntutan lainnya. Yakni, PDAM tidak boleh mengambil sumber air di sumber Pawon. Kedua, antara PDAM, Hippa dan petani harus terikat perjanjian perihal pengambilan air di sumber Pawon. Ketiga, Hippa tidak boleh mengambil keputusan tanpa melibatkan petani. Keempat, PDAM dilarang mendirikan bangunan di Sumber Ulo. Tiga tuntutan itu masih dalam pembahasan lebih lanjut. Dialog di balai kantor kecamatan itu berlangsung tegang. Sejak awal petani bersikukuh pada tuntutan awal perihal dibukanya saluran buang di tandon PDAM. Mereka juga mengecam sikap PDAM yang telah menutup saluran buang. "Dengan dibukanya saluran buang, sawah kami bisa terairi dengan baik. Mudah-mudahan ini untuk selamanya," timpal petani lainnya. Dikonfirmasi usai dialog, Direktur PDAM Banyuwnagi, H Abul Nasir Basrawi AH menyambut baik tercetusnya kesepakatan tersebut. Kata dia, kesepakatan ini merupakan pintu awal untuk menyelesaikan keluhan petani dengan pemerintah. "Sejak awal tidak ada niatan dari PDAM untuk merugikan petani. Kalau dibahas lewat dialog seperti ini khan bisa teratasi uneg-uneg petani," kata Nasir. Seperti diberitakan, sekitar 200 masa yang mengatasnamakan petani dari Kalipuro dan Klatak merusak tandon utama air PDAM di Gombengsari. Gara-gara penutupan pipa buang itu, pasokan air untuk pengairan sawah petani di daerah Klatak dan Kalipuro berkurang. Berbagai jalan damai telah ditempuh petani. Namun, hingga empat tahun berjalan, tidak ada solusi yang melegakan petani. Sehingga satu-satunya jalan untuk mendapatkan air, petani merusak tandon utama air di Dusun Pawon, Gombengsari. (aif) Post Date : 02 Juni 2005 |