|
Jakarta, Kompas - Kesulitan memperoleh air bersih tidak hanya dirasakan warga di Jakarta Utara. Warga Kelurahan Utan Panjang, Kemayoran, dan Kampung Rawa, Jakarta Pusat, juga mengeluhkan hal yang sama. Warga harus begadang untuk menampung air PAM yang volumenya berkurang, dan kualitasnya buruk. ”Kalau siang, saya cuma dapat tetesan air saja,” kata Andi. Keluhan serupa dirasakan warga RT 010 RW 03 Kampung Rawa, Mamit S Darminto. ”Karena air enggak ngocor pada siang hari, kami harus mencuci pakaian pada malam hari. Air yang ditampung pada malam hari cuma buat mandi doang,” katanya. Mamit dan Andi sudah sering mengadukan masalah ini kepada petugas kontrol dan loket. Namun, petugas cuma menjanjikan akan segera memperbaiki. Sudah berbulan-bulan kami tetap dipasok air yang kotor dan bau. Direktur Hubungan Eksternal dan Komunikasi PT Aetra (dulu PT Thames PAM Jaya) Rhamses Simanjuntak mengatakan, produksi air bersih saat ini sedang menurun. ”Kualitas air bisa memburuk karena adanya perubahan tekanan air. Pada saat tekanan aliran air menurun terjadi endapan pasir dan tanah,” kata Rhamses. Namun, pada saat tekanan air agak tinggi, semua endapan itu terbawa. ”Air akan kembali normal, jernih, jika tekanan air berjalan normal seperti pada saat produksi air stabil,” katanya. Rhamses mengatakan, upaya menambah tekanan air agar normal ke empat kelurahan di Jakarta Utara adalah dengan menambah pasokan dari arah Pulo Gadung, Jakarta Timur. Menurut Manajer Humas PT Aetra Devy A Yheanne, ketersediaan air Aetra dalam sebulan terakhir, Mei-Juni, terganggu. Gangguan itu, antara lain, karena penurunan produksi di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulo Gadung. Produksi IPA Buaran juga terhenti akibat gangguan listrik, yang terjadi pemadaman pada 22 Mei lalu. Perbaikan pipa bocor di Jalan Cakung Cilincing pada 16 Mei. (PIN/CAL) Post Date : 13 Juni 2008 |