|
WONOGIRI - Kekeringan di Wonogiri terus meluas. Data terakhir dari Dinas Pertanian setempat, dampak kekeringan tidak hanya menimpa lahan tadah hujan, tetapi sudah berdampak pada lahan dengan irigasi terjamin. Parahnya, warga di Wonogiri selatan, dikabarkan sudah harus membeli air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kepala Dinas Pertanian Ir Guruh Santoso yang dirilis posko kekeringan melaporkan, saat ini 175 hektare lahan padi dipastikan puso (gagal panen-red). Hal yang sama, terjadi pada 98 hektare lahan jagung. "Lahan padi yang puso itu terdapat di Kecamatan Jatiroto seluas 73 hektare dan Kismantoro seluas 102 hektare, itu semuanya lahan tadah hujan. Lahan jagung yang puso juga di Kismantoro, yang 87 hektare lahan tadah hujan sisanya 11 hektare lahan dengan pengairan terjamin," jelas Guruh. Hingga kemarin, kedelai dan kacang tanah dilaporkan belum ada yang puso. Selain lahan puso, 1.257 hektare lahan padi dilaporkan mengalami kekeringan berat. Seluas 897 hektare di antaranya adalah lahan tadah hujan, sisanya 360 hektare lahan dengan pengairan terjamin. Kekeringan berat juga menimpa 194 hektare lahan jagung tadah hujan, 410 hektare lahan kedelai tadah hujan dan 271 hektare lahan kacang tanah tadah hujan. Kekeringan juga menimpa 217 hektare lahan padi tadah hujan dan 154 hektare lahan tadah hujan. Di lahan jagung, kekeringan sedang terjadi pada 100 hektare lahan tadah hujan dan 43 hektare lahan pengairan terjamin. Untuk kacang tanah, kekeringan sedang melanda 75 hektare lahan tadah hujan. Lahan padi mengalami kekeringan ringan terdata seluas 948 hektare di lahan tadah hujan dan 505 hektare lahan pengairan terjamin. Jagung seluas 470 hektar di lahan tadah hujan, kacang tanah terluas yakni mencapai 2782 hektar semuanya lahan tadah hujan, smeentara kedelai hanya 2 hektar di lahan tadah hujan. " Kualitas kekeringan yang terjadi memang terus meningkat, bulan lalu, sebagian besar masih terjadi di lahan tadah hujan. Tetapi sekarang lahan dengan pengairan terjamin pun mulai mengalami dampaknya,"jelas Guruh. Lalu apa antisipasinya? Lahan dengan pengairan terjamin, kata Guruh penanganannya relatif lebih mudah. Pasalnya, di sekitar lahan, masih ada air yang bisa ditarik ke lahan pertanian dengan gerakan pompanisasi. " Jadi gerakan pompanisasi sekarang mulai kami galakkan. Kalau lahan tadah hujan lebnih sulit mas, karena di sekitarnya memang benar-benar tidak ada air. Upaya yang paling mungkin hanya dengan membuat sumur dalam, tetapi itu pun butuh biaya besar," paparnya. Selain mengoptimalkan gerakan itu, Guruh mengatakan, pihaknya meminta, agar di musim kering ini, petani menanam tanaman pangan yang tahan kering. Namun itu pun, menurut dia, tidak mudah, sebab banyak petani yang bercocok tanam hanya berdasarkan kebiasaan masa lalu, tanpa melihat perubahan lingkungan yang terjadi. " Kami juga mempersiapkan langkah-langkah untuk memberikan bantuan benih kepada petani. Dengan itu,l diharapkan di musim tanam mendatang, beban petani terkurangi," pungkas Guruh. Sementara itu, warga di Wonogiri selatan, saat ini mulai melaksanakan aktivitas tahunan mereka, yakni membeli air bersih. Itu diungkapkan kepada koran ini oleh anggota DPRD Wonogiri asal Pracimantoro, Sugiyarto. " Air di telaga-telaga yang selama ini diandalkan warga untuk mencukupi kebutuhan sudah menyusut, jadi warga di beberapa desa sudah harus membeli untuk mendapatkan air bersih," kata Sugiyarto. Untungnya, harga per tangki air saat ini masih normal-normal saja yakni berkisar pada angka Rp 50 ribu per tangki. Namun dalam beberapa pekan ke depan, harga itu diperkirakan akan merambat naik seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan warga. " Saya berharap pemerintah segera menyikapi hal itu, sehingga warga tidak semakin menderita," jelas dia. Sugioyarto meyakini, hal serupa terjadi di kecamatan-kecamatan lain di Wonogiri selatan. Sekadartahu, Pracimantoro adalah satu dari lima kecamatan di Wonogiri selatan yang menjadi langganan kekeringan. Empat kecamatan lain adalah Giriwoyo, Baturetno, Paranggupito dan Manyaran. Bupati Begug Poernomosidi sejak beberapa saat lalu sudah menginstruksikan agar jajarannya mulai mengantisipasi meluasnya dampak kekeringan. Soal itu, juga dilaporkan saat Wonogiri menerima kunjungan Menko Kesra Alwi Shihab, pada hari Minggu, pekan lalu. (ito) Post Date : 10 Juni 2005 |