|
Serang, Kompas - Genangan air di pesisir pantai utara Serang, Provinsi Banten, semakin meluas. Ratusan rumah di tiga kecamatan tergenang dan puluhan hektar padi terancam gagal tanam karena terendam air setinggi 20-50 sentimeter. Genangan terjadi karena selama dua hari hujan bersamaan dengan air laut pasang. Setelah sempat surut pada Selasa siang, air kembali menggenangi daerah di sepanjang pesisir pantai utara (pantura) Serang pada Rabu (5/12) kemarin. Daerah permukiman penduduk yang tergenang air bertambah luas dan genangan air pun lebih tinggi daripada genangan hari sebelumnya. Kemarin genangan air terjadi di Desa Sawah Luhur dan Margaluyu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, serta Desa Sukajaya, Linduk, dan Kubang Puji, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang. Sebagian wilayah Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, terutama daerah yang dekat dengan pantai, turut tergenang. Kondisi terparah terjadi di Desa Margaluyu, Kecamatan Kasemen, serta Desa Tambak dan Desa Kubang Puji, Kecamatan Pontang. Ratusan rumah warga tergenang air dengan ketinggian 10-40 sentimeter. Bahkan, di Desa Kubang Puji ditemukan tujuh rumah warga yang sudah terendam air setinggi lebih kurang 1,3 meter. Kemarin siang ketujuh rumah tersebut kosong ditinggal mengungsi. Selain menggenangi rumah warga, sebagian jalan desa serta jalan lingkungan di enam desa tersebut tergenang. Puluhan hektar padi yang baru berusia sekitar tiga hingga sepuluh hari juga terendam air dengan ketinggian 20-50 sentimeter. Para petani khawatir akan mengalami gagal tanam jika sawah mereka terus- menerus terendam air. "Sudah dua hari ini airnya enggak surut-surut. Kalau sampai empat hari, kemungkinan besar padi bisa busuk. Apalagi ini baru seminggu ditanam. Bisa rugi kami," kata Saidi, petani Desa Kubang Puji. Setiap musim hujan, daerah pesisir pantura Serang memang selalu tergenang. Apalagi jika hujan turun bersamaan dengan waktu air laut pasang, seperti saat ini. Hampir semua sungai, saluran irigasi, serta saluran air yang ada tidak mampu menampung air hujan. Selain salurannya tersumbat, air sungai juga menjadi sulit dialirkan ke laut. Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Banten Egi Djanuiswati mengatakan, pihaknya masih mendata areal sawah yang terendam banjir di pantura. Akan tetapi, diperkirakan, sebagian besar sawah yang terendam baru sekitar lima hingga sepuluh hari ditanami padi. Ia juga membenarkan bahwa genangan air yang terjadi di daerah pantura dua hari terakhir ini disebabkan banyaknya aliran sungai dan irigasi yang tersumbat. Sebenarnya Pemerintah Provinsi Banten telah merencanakan untuk merevitalisasi saluran air yang tersumbat pada tahun 2007, tetapi baru bisa direalisasikan pada tahun 2008. Situ di Bekasi ditambah Keberadaan situ sebagai kawasan penampung air hujan sekaligus resapan air harus dipertahankan. Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, berencana menambah situ, antara lain dengan membebaskan lahan sekitar 10 hektar di dekat bantaran Kali Bekasi, Jatiasih. Namun, di pihak lain, Pemerintah Kota Bekasi memiliki keterbatasan dana dan kemampuan. Untuk pembebasan lahan saja, Pemerintah Kota Bekasi harus memiliki dana sedikitnya Rp 20 miliar. Hal itu dikatakan Wali Kota Bekasi Akhmad Zurfaih ketika ditemui Rabu kemarin. Pesatnya pembangunan di Kota Bekasi menyebabkan tinggal beberapa situ, di antaranya Situ Gede di Bojong Menteng, Rawalumbu, dan Situ Pulo di Jatisampurna, yang masih tersisa. Kondisi situ-situ tersebut juga tidak optimal. Secara terpisah, Kepala Bidang Tata Air Dinas Pekerjaan Umum Kota Bekasi Ruspendi mengatakan, pemerintah pusat melalui proyek Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane sedang merehabilitasi kondisi Situ Gede di Bojong Menteng. Dari catatan Dinas Pekerjaan Umum Kota Bekasi, sedikitnya terdapat 67 lokasi rawan banjir di Kota Bekasi. Lokasi-lokasi itu tersebar di sembilan dari 12 kecamatan di Kota Bekasi. Lokasi rawan banjir itu umumnya adalah kompleks perumahan di sepanjang bantaran sungai, antara lain Kali Sunter, Kali Cakung, dan Kali Bekasi. Di sepanjang bantaran sungai itu kini padat hunian. Sepanjang bantaran Kali Cikeas-Kali Cileungsi hingga Kali Bekasi, misalnya, terdapat selusin lebih kawasan permukiman, di antaranya, Villa Jatirasa, Pondok Gede Permai, Kemang Ifi Graha, hingga Kemang Pratama. Zurfaih mengakui, penanganan banjir di Kota Bekasi juga berkaitan erat dengan daerah sekitarnya, khususnya DKI Jakarta, Bogor, dan Kabupaten Bekasi. Belum rampungnya proyek Banjir Kanal Timur di wilayah Jakarta Timur dan belum dinormalisasinya Kali CBL di wilayah Kabupaten Bekasi diakui memperparah banjir di Kota Bekasi.(nta/cok) Post Date : 06 Desember 2007 |