|
BAGI warga yang tinggal tak jauh dari sungai, barangkali alat pendeteksi banjir ini cukup penting. Paling tidak, jika hujan deras, dan air sungai meluap, alat ini akan memberi peringatan kepada warga untuk segera mengungsi. Alat pendeteksi banjir ini dibuat secara sederhana menggunakan pipa pralon, ember berisi air, selang, kran, serta alarm yang akan berbunyi jika banjir datang. Teknis penggunaan alat ini pun cukup simpel. Menurut Windarti, 42, guru SD Purwodadi 04, alat pendeteksi ini berfungsi jika bak utama mulai dialiri air. Bagian bawah bak air dari ember plastik dihubungkan dengan pipa pralon berukuran 3 dim yang dibuat seperti huruf U. Pada ujung pipa satunya dipasang pelampung, yang bagian atasnya diletakkan sebantang pipa besi kecil. Jika air dalam bak itu bertambah, dengan sendirinya pelampung akan ikut naik, karena menyesuaikan dengan tinggi permukaan air dalam bak tersebut. "Jika pelampung naik, otomatis pipa besi di atasnya akan ikut naik. Di puncak pipa besi itu, kami pasang saklar dari potongan kawat tembaga. Kawat itu akan menempel hingga alarm berbunyi," jelasnya dengan bersemangat. Windarti mengaku, alat temuan sekolahnya itu telah meraih juara I lomba kinerja IPA tingkat Kabupaten Grobogan. Namun, dalam lomba serupa tingkat provinsi Jateng, alat yang sangat bermanfaat bagi wilayah yang langganan banjir itu belum berhasil meraih juara. "Ide pembuatan alat ini dari seorang guru di sekolah kami. Kebetulan, sekolah kami memang langganan banjir. Ini karena letak sekolah kami lebih rendah dari jalan raya. Pokoknya, setiap hujan deras, pasti digenangi air, bahkan pernah sampai masuk kelas," cerita wanita yang sudah 22 tahun menjadi guru SD ini. Menurut ibu tiga anak ini, alat pendeteksi banjir itu cocok dipasang di wilayah yang kerap dilanda banjir. Termasuk di Kota Semarang, yang selalu langganan banjir setiap musim penghujan. Pemasangannya bisa dilakukan di dekat tanggul sungai. "Bak penampung air itu dipasang di bibir sungai bagian atas. Jadi, nanti kalau sungai meluap, bak itu akan terisi air, dan alarm pun akan berbunyi," terangnya. Begitu terdengar bunyi alarm, lanjut dia, tentu warga akan bersiaga. Atau, kalau malam hari, warga yang tidur akan terbangun, dan segera menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman. "Untuk bisa diaplikasikan di lapangan, alat ini memang masih membutuhkan banyak penyempurnaan. Kami sangat berterima kasih sekali, jika ada pihak yang tertarik dengan alat pendektik banjir yang kami temukan ini," ujarnya. Untuk membuat alat tersebut, dibutuhkan biaya sekitar Rp 300 ribu. Pembuatannya pun tidak terlalu sulit. Karena bentuknya memang hanya sederhana. "Kami membuatnya hanya dalam waktu tiga hari. Itu saja dilakukan di sela-sela mengajar," akunya. Untuk ke depan, sekolahnya berencana membuat peralatan teknologi tepat guna yang lebih kreatif lagi. Sebab, selama ini, sekolahnya memang dikenal paling kreatif di wilayah Grobogan. "SD kami sudah sering membuat alat-alat peraga, bahkan kerap meraih juara dalam perlombaan tingkat kabupaten," ujarnya bangga. (*) Post Date : 16 September 2006 |