Medan Kembali Banjir

Sumber:Kompas - 10 April 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Medan, Kompas - Sistem drainase yang buruk menjadikan jalanan di Kota Medan terendam meski hujan deras yang disertai angin kencang hanya berlangsung tak lebih dari dua jam. Air menggenang hingga selutut orang dewasa hingga banyak kendaraan mogok ditambah jalanan macet akibat genangan.

Jalanan digenangi air setinggi betis hingga lutut orang dewasa. Itu terjadi hampir merata di seluruh kota, antara lain terjadi di kawasan Pasar Pringgan, Jalan Wahid Hasyim, Jalan Darussalam, Jalan Sei Besitang, Jalan Gatot Subroto, Jalan Setiabudi, juga di beberapa titik di kawasan bundaran Lapangan Merdeka. Saluran air banyak yang tidak bisa mengalirkan air karena mampat.

Derasnya hujan yang terjadi sejak pukul 12.30 hingga pukul 16.00 juga mengakibatkan banjir di Kompleks Kantor Gubernur Sumatera Utara. Kantor Gubernur Sumut lama yang terletak di depan gedung utama Kantor Gubernuran di Jalan Diponegoro Medan, bahkan ikut terendam air. Kantor gubernur lama yang kini ditempati staf ahli gubernur dan kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Perwakilan Medan ikut jadi korban derasnya air hujan.

Air yang menghitam itu juga masuk ke rumah penduduk khususnya yang berada di tepi jalan. Kebanyakan air masuk dari saluran pembuangan air di dalam rumah. Air menghitam itu juga membuat kulit gatal-gatal. Sekitar pukul 16.00 air pelan-pelan mulai surut kembali.

Banjir juga mengakibatkan kemacetan panjang di ruas Jalan Zainul Arifin dan Jalan S Parman menuju ke arah Jalan Jenderal Gatot Subroto. Kemacetan tak terhindarkan karena banyak pengemudi mengambil ruas jalan seenaknya untuk menghindari tingginya air banjir.

Fenomena lokal

Hujan lebat di musim kemarau ini dinilai merupakan fenomena lokal khas Medan yang sebelumnya mengalami pemanasan. "Hujan lebat, angin kencang, dan petir ini berskala mikro. Ini bisa terjadi lagi karena ini hanya merupakan fase awal dari kejadian selanjutnya," kata Kepala Data dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Bandara Polonia, Firman.

Firman mengatakan, hujan dan angin ini disebabkan adanya pemanasan udara berkepanjangan. Pemanasan itu membentuk awan Comulusnimbus yang bertekanan rendah dan berpotensi mendatangkan hujan lebat, angin kencang, dan petir. "Menurut catatan kami, angin saat hujan berkecepatan 35 sampai 45 knot. Angin tersebut hampir sama dengan kecepatan angin puting beliung yang melanda di sejumlah daerah," katanya. (NDY/wsi/bil)



Post Date : 10 April 2007