|
MEDAN(SINDO) – Hujan deras yang mengguyur hampir seluruh wilayah Sumatera Utara di awal tahun ini mengakibatkan banjir di sejumlah daerah. Ribuan rumah terendam dan ratusan jiwa mengungsi. Namun, dilaporkan belum ada korban jiwa. Di Medan, ribuan rumah pinggiran Sungai Deli di Kelurahan Sei Mati, Kampung Baru, Aur, Hamdan, Jati dan Kelurahan Sukaraja,Kecamatan Medan Maimun, terendam banjir. Hingga sekitar pukul 11.00 WIB kemarin, ketinggian air di sejumlah titik mencapai dua meter. Akibatnya, ratusan kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi dan sebagian lagi mengangkut barang-barang ke trotoar di Jalan Brigjen Katamso Medan. Banjir kali ini merupakan banjir terbesar dalam tiga tahun terakhir. Banjir yang sama pernah terjadi pertengahan 2005 lalu. Saat itu warga memutuskan pindah karena rumah tidak bisa ditempati.Warga menuding, air banjir lambat surut akibat buruknya sistem drainase di Kota Medan. Selain itu, Sungai Deli mengalami pendangkalan akibat sampah dan penyempitan daerah aliran sungai (DAS). Camat Medan Kota Mansyur Usman yang melintasi kawasan itu mengakui luapan air Sungai Deli kemarin cukup tinggi. Menurut dia, ketinggian air hampir mencapai mulut jembatan yang melintasi aliran sungai. Kepala Lingkungan III Kelurahan Aur,Ali Umar mengatakan, terdapat 55 KK di lingkungannya yang menjadi korban. Banjir ini merupakan kiriman dari hulu sungai. ”Sejak awal warga sudah tahu, ketika air mulai naik warga mengerti dan langsung mengungsi ke tempat yang lebih tinggi,” katanya. Menurut Ali banjir kali ini tergolong besar dan hampir mirip kejadian pada 2002. Sedangkan sejak 2008,banjir kali ini adalah yang terbesar. ”Untung saja waduk (kanal) di Delitua sudah berfungsi, kalau tidak bisa terendam kami semua di sini,”ucapnya. Dia menambahkan untuk Kelurahan Aur terdapat ratusan rumah yang terendam antara lain Lingkungan II 45 KK, Lingkungan IV 240 KK dan Lingkungan IX 15 KK. ”Di Lingkungan IX biasanya lebih besar lagi jumlahnya, tapi karena kebakaran (Jalan Mangkubumi) rumahnya habis. Saat ini air mulai surut, tapi agak lambat memang. Mudah-mudahan malam ini tidak hujan lagi,”ucapnya. Wakil Ketua Komisi D DPRD Medan Abdul Rahim Siregar mengatakan sebenarnya masyarakat tidak dibenarkan lagi bermukim di pinggiran sungai. Meski demikian, menurut dia, akar penyebabnya karena memang terjadi penyempitan DAS yang disebabkan banyaknya bangunan berdiri di pinggiran sungai tidak berwawasan lingkungan. ”Makanya dipercepat pembangunan rumah susun (rusun) di kawasan itu. Dalam survei dan penelitian yang tertuang dalam tesis saya, untuk warga Kelurahan Aur mereka mau didirikan rusun asalkan dengan harga yang terjangkau. Sebab kebanyakan mereka yang tinggal di situ menyewa rumah juga,”ucapnya. Empat Kelurahan di Binjai Terendam Di Binjai, meluapnya Sungai Binge dan Mencirim mengakibatkan ratusan rumah di Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota, Kelurahan Mencirim Kecamatan Binjai Timur, Kelurahan Cengkeh Turi, Kecamatan Binjai Utara dan Kelurahan Payarobah, Kecamatan Binjai Barat terendam banjir. Air yang mulai naik sekitar pukul 02.00, kemarin membuat warga panik dan berupaya menyelamatkan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi. Atik, 45, warga Kelurahan Setia, mengatakan, air masuk ke rumah ketika mereka sedang tertidur lelap. ”Walau banjir ini bukan yang pertama kali terjadi, namun saya khawatir juga kan,” ucapnya. Hal senada dikatakan Sri, 40 warga Kelurahan Mencirim. Dia berharap pemerintah membangun bendungan untuk menahan luapan air sungai dan membuat saluran drainase yang baik. ”Pasti tidak akan seperti ini kejadiannya. Kalau sudah begini, ya kita cuma berharap ada bantuan ajalah,” tukasnya. Berdasarkan pantauan, sebagian besar warga yang rumahnya terendam banjir mengungsi ke jalan-jalan dan rumah ibadah. Mereka kini menanti bantuan logistik dari pemerintah setempat dan menunggu air surut untuk kembali pulang. Sementara ratusan warga tampak berkerumun di dapur umum yang dibuat warga bersama Palang Merah Indonesia (PMI) dan Tim penanggulana bencana alam (Tagana) Kota Binjai,di Kantor Kelurahan Setia, Binjai Kota. Mereka berupaya mendapatkan sebungkus mi instan yang sudah dimasak beberapa warga lain yang prihatin dengan kondisi kerabatnya. Warga juga menuturkan bahwa banjir kali ini merupakan banjir terbesar sejak lima tahun terakhir. Pasalnya, banjir di tahun-tahun sebelumnya ketinggian air hanya sebatas pinggang orang dewasa atau bahkan hanya selurut saja. Namun, kali ini airnya mencapai dada orang dewasa. Sekitar pukul 09.00 kemarin, luapan air sungai ini sudah tampak surut,bahkan sekitar pukul 11.00,debit air sungai sudah kembali normal dan ribuan warga yang mengungsi tadi pun sudah kembali ke rumah masing-masing. Mereka mulai membersihkan perabotan rumahnya. Kepala Dinas Sosial Kota Binjai Sofyan Nasution mengatakan, hingga kemarin pihaknya belum dapat memastikan jumlah rumah yang terendam banjir. Namun sedikitnya ada empat keluarahan yang terimbas luapan air Sungai Binge dan Mencirim. 2.434 Rumah Banjir Banjir juga melanda Kota Tebingtinggi akibat meluapnya air Sungai Padang kemarin. Ribuan rumah warga di Kecamatan Bajenis, Rambutan dan Tebingtinggi Kota terendam air Dari ketiga wilayah kecamatan itu, kondisi terparah dialami Kelurahan Pabatu. Bahkan, tepat di jalur lintasan Jalan Lintas Pematangsiantar- Tebingtinggi nyaris terputus. Akibatnya, kemacetan arus lalu lintas di kawasan tersebut yang cukup panjang. Banjir juga tampak jelas melanda Kelurahan Bulian, Kelurahan Pinang Mancung, Kelurahan Sri Padang, Kelurahan Karya Jaya dan Kelurahan Berohol. Berdasarkan pengamatan, ketinggian banjir hingga mencapai 1 meter. Bahkan, di kawasan Kompleks Perumahan Purnama Deli dan BTN Purnawirawan lingkungan IV dan V di Kecamatan Bajenis ketinggian air mencapai 1 meter lebih. Di sejumlah kawasan di sisi aliran Sungai Padang ketinggian air ada yang mencapai hampir 2 meter. Sebagian warga pun mengungsi dan sebagian lagi tetap bertahan di rumahnya sembari mengamankan barang- barang agar tak jadi korban. Beberapa di antaranya nekat menjadikan jalur rel kereta api sebagai lokasi pengungsian. Dalam evakuasi tersebut, tampak mereka membawa televisi, kulkas, kasur serta perabotan rumah tangga lainnya. Kepala Badan Kesbanglinmas Tebingtinggi, Ismail Budiman mengatakan, pihaknya sedang membuat posko-posko bantuan baik berupa tenda-tenda darurat serta pengadaan makanan di dapur umum. Pihaknya juga masih mendata korban banjir untuk segera diberi bantuan. Dari data sementara yang dilansir dari Babinsa Koramil 013 Kota Tebingtinggi menyebutkan, jumlah rumah penduduk yang terkena musibah banjir sudah mencapai 2.434 rumah, di samping ratusan hektare sawah di kawasan Kecamatan Bajenis yang juga tergenang air banjir. Hujan Masih Akan Turun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) sendiri memperkirakan hujan masih akan turun di Kota Medan. Menurut website resmi BMG, suhu di Kota Medan juga diperkirakan akan berkisar dari 23 derajat celcius hingga 31 derajat celcius dan kelembaban udara berkisar antara 66% - 97 %. Kepala Seksi Data dan Informasi BMG Stasiun Bandara Polonia Firman mengatakan, untuk Kota Medan hujan akan mereda hingga pertengahan Januari, karena masih dipengaruhi oleh gangguan di Laut Cina Selatan. Menurut dia, ada penyusupan angin musim timur. ”Ini menimpa semua kawasan di Sumut baik pesisir barat dan timur. Kejadiannya pun berhari-hari. Nah yang tadi malam (Sabtu 3/1) itu, puncaknya,” kata Firman. Kata dia hujan yang terjadi kemarin di Kota Medan itu memang tergolong luar biasa. Seharusnya masyarakat sudah tahu mengidentifikasi banjir. Kalau hujannya lebih dari empat jam dengan intensitas sedang sampai lebat, sudah banjir.”Karena sudah melebih 50 mm/jam,sedangkan Sungai Deli itu rentan kalau sudah 100 mm/jam dan pasti meluap. Sebab model hujannya pun bergelombang,”tukasnya. Dikatakan Firman, hujan semacam itu bisa reda dalam dua hari lagi,namun jika permukaan air Laut Cina masih panas bisa saja bertahan. Jika sudah sampai pada titik jenuh, tekanan rendah kuat berada di sekitar Laut Jawa, barulah awan-awan itu bergeser ke Pulai Jawa.”Pola itu pertengahan Januari akan berkurang, sehingga massa udara itu beralih ke Jawa. Konsentrasi awan persis di Laut Cina Selatan dipicu angin musim timur laut yang menusuk Sumut. (fakhrur rozi/eko agustyo fb/erdian wirajaya) Post Date : 05 Januari 2009 |