|
Bangunan itu berwarna biru sehingga menimbulkan kesan teduh. Setiap pagi, warga tampak mendatangi bangunan itu untuk mandi, mencuci, dan buang air. Bangunan yang terletak di RW 8, Kelurahan Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, itu merupakan Mandi Cuci Kakus Plus Plus (MCK ). Hampir lima tahun didirikan, MCK yang terdiri atas empat kamar mandi, enam toilet, serta satu kamar mandi anak dan ibu, ini memang mengalami perubahan. Ruangan toilet mengeluarkan bau tidak sedap. Ada pula pintu toilet yang tidak diberi kunci sehingga jika orang menggunakan MCK ini harus meng- gunakan batu bata untuk menutup dan mengganjal pintu. Lantai kamar mandi tampak ada yang menguning. Hanya tempat untuk mencuci yang terlihat masih bagus. Lantai tempat mencuci itu tampak tidak berlumut. Penjaga MCK Maman (27 tahun) mengatakan, fasilitas yang didirikan sejak 2007 ini dimanfaatkan warga setiap hari. "Bahkan, pada pagi hari warga sampai antre untuk menggunakan MCK ini," kata dia kepada Republika, Kamis (11/10). Keberadaan MCK ini memang mengubah buruknya sanitasi di wilayah itu yang berlangsung selama bertahun-tahun. Tak ada lagi anak- anak dan orang dewasa yang buang air di got-got atau di Kali Krukut. "Sebelum MCK diresmikan, anak- anak kecil di daerah ini suka buang air besar di parit sekitar sini," kata Nisin bin Curyat (53 tahun). Nisin menuturkan, dirinya beserta istri dan anak-anaknya memanfaatkan MCK ini, mulai mandi, mencuci, buang air kecil dan besar, sampai memasak setiap hari. Tidak seperti fasilitas serupa lainnya yang mengutip biaya per kunjungan, pengelolaan MCK ini menerapkan sistem pembayaran bulanan. Dari hasil musyawarah RW, warga sepakat membayar iuran Rp 5.000 per bulan untuk seluruh anggota keluarga dengan jumlah pemakaian tidak terbatas setiap harinya. "Hitungannya hanya Rp 150 per hari," kata Nisin. Warga lainnya, Elis Abeba (39), menilai, MCK ini memang cocok dibangun di daerah padat penduduk. Umumnya, permukiman padat pen- duduk kerap mengabaikan sanitasi. "Biaya penggunaan MCK juga tergolong murah, apalagi ini untuk satu keluarga," kata dia. Biogas dan ruang rapat Ketua RW 8 Kelurahan Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, Irwansyah mengatakan, keberadaan fasilitas yang dibangun USAID ini berdampak pada penye- baran penyakit. Sekarang ini, penyakit yang timbul akibat air, seperti demam berdarah dengue (DBD) dan diare, turun sampai lebih dari 50 persen. Tidak hanya itu, MCK yang dibangun dengan anggaran 40 ribu dolar AS atau Rp 360 juta ini juga dilengkapi teknologi air bekas cucian. Meski tidak laik konsumsi, air bekas cucian itu bisa digunakan untuk menyiram tanaman. MCK juga memiliki tempat penampungan kotoran manusia yang menghasilkan gas. "Gas itu dapat dipergunakan untuk memasak," ujar Irwansyah. Setiap tiga tahun sekali, sisa kotoran itu disedot dan digu- nakan menjadi pupuk untuk menyuburkan tanaman. MCK ini juga dilengkapi ruangan serba guna. Menurut Nisin, ruang serba guna di MCK itu dipergunakan untuk tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) setiap hari. Nisin menu- turkan, pengajar PAUD berasal dari kader Pos Kesejahteraan Keluarga (PKK). "Selain itu, ruangan ini juga dimanfaatkan untuk rapat," ujar dia. Meski memberi manfaat, Irwansyah merasa program MCK ini masih setengah berhasil. Pemerintah masih perlu mengedukasi warga uhtuk lebih disiplin menjaga fasilitas tersebut agar tetap terawat. (ratna puspita) Post Date : 30 Oktober 2012 |