Deretan kamar mandi dan WC di tepian Sungai Krukut menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan warga RW 08, Kelurahan Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.
Semula, fasilitas umum ini berupa kamar mandi atau WC yang semipermanen, alias kamar mandi gantung. Kotoran manusia dan limbah dari kamar mandi itu langsung masuk begitu saja ke sungai.
Tahun 2007, kamar mandi dan WC ini dibenahi dengan bantuan USAID. Jadilah kamar mandi dan WC permanen yang tertata. Ada 4 kamar mandi, 6 WC, serta 1 kamar mandi dan WC anak yang digunakan ratusan warga RT 2, 3, 12, 13, dan 14 RW 08. ”Sebagian warga di sini belum memiliki WC untuk buang hajat. Sebagian juga tidak punya kamar mandi. Karena itu, fasilitas ini sangat dibutuhkan warga,” ucap Wakil Ketua RT 2 Rahman, Minggu (8/5).
Fasilitas yang diperbaiki tentu menyenangkan warga. Lantai dan dinding yang sudah dikeramik membuat urusan mandi dan kakus jadi lebih menyenangkan. Apalagi, disediakan juga tempat cuci kendati beberapa bulan terakhir lokasi mencuci dipindah ke sisi yang lain agar air tidak tercampur.
Belum lagi pengolahan kotoran manusia menjadi biogas. Hasil pengolahan ini digunakan untuk memasak. ”Awalnya, gas hasil biogas dialirkan ke rumah warga. Namun, karena jarak aliran gas hanya 50 meter, kami khawatir akan timbul rasa iri antarwarga, terutama bila mereka tidak kebagian. Karena itu, kami memilih agar gas digunakan untuk memasak di dapur umum yang ada di dekat lokasi kamar mandi,” ujar Atun, salah satu pengurus kamar mandi umum itu.
Biodigester yang terpasang di RW 08 juga mengharuskan pengurus membongkar bak penampungan ini dua tahun sekali untuk menguras sisa pembusukan kotoran.
Dana pembongkaran diminta secara sukarela dari warga. Biaya ini di luar ongkos rutin pemeliharaan harian yang dibiayai dari iuran bulanan warga. Setiap keluarga yang menggunakan fasilitas ini ditarik Rp 5.000 per bulan. Uang itu langsung habis untuk membayar petugas kebersihan Rp 250.000, jasa penarik iuran Rp 50.000, serta membeli peralatan kebersihan.
Pembersihan kamar mandi juga bukan perkara mudah karena fasilitas umum digunakan sekitar 100 keluarga setiap hari.
Pekerja yang bertugas membersihkan kamar mandi juga berkurang. Pada awal kamar mandi diresmikan, ada empat orang yang membersihkan, tetapi sekarang tinggal satu orang.
Kondisi di sekitar kamar mandi umum ini juga berbeda saat diresmikan 1 September 2007. Pohon peneduh di sepanjang Jalan Petojo Binatu I menuju ke MCK banyak berkurang. Begitu juga tanaman di pot yang semula berjejer di dalam gang, ember kompos, dan tempat cuci tangan yang tersebar di permukiman warga kini tinggal cerita.
Inilah wajah masa kini MCK RW 08 Petojo Utara yang pernah dikunjungi Hillary Clinton. (Agnes Rita Sulistyawaty)
Post Date : 10 Mei 2011
|