|
[TANGERANG] Pembangunan sarana mandi, cuci dan kakus (MCK) yang menelan dana sebesar Rp 540 juta untuk warga di Desa Pondok Kelor, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, Banten, mubazir. Masyarakat setempat, yang daerahnya pernah berstatus sebagai kawasan kejadian luar biasa (KLB) muntaber, enggan memanfaatkan sarana yang dibangun dengan dana yang diambil dari APBD. Keengganan warga karena kondisi bangunannya yang tidak ditunjang dengan fasilitas pendukung. "Menyedihkan dan sangat mengecewakan," ujar anggota Komisi B DPRD Kabupaten Tangerang, Imron Rosadi, kepada wartawan Kamis (25/5). Menurut Imron, harusnya pembangunan sarana umum seperti MCK dilengkapi dengan lampu dan instalasi air sehingga pada malam haripun masih bisa digunakan. Selain itu juga inatalasi air harus tersedia supaya penggunannya tidak perlu menimba dari sungai atau sumur. Dengan kondisi seperti itu, tidak menutup kemungkinan warga akan kembali ke kebiasan lama, yaitu buang air besar di kebun karena MCK-nya tidak berfungsi dengan baik. Padahal dana yang dikeluarkan besar," katanya. Terlihat dinding tembok MCK yang dibangun setahun lalu ini mulai retak-retak. Kerusakan juga terlihat pada lantai serta klosetnya. Padahal MCK tersebut belum lama dipergunakan warga setempat. Kerusakan juga tampak pada bak penampungan air berukuran 50 x 30 cm di mana terlihat sudah bocor. Bahkan ada sejumlah MCK yang dijadikan gudang oleh warga sekitar. Sejumlah warga mengutarakan, bangunan MCK itu mulai mengalami kerusakan sudah sejak awal karena kualitasnya memang tidak baik. "Bahan bangunan yang digunakan tidak berkualitas seperti pasirnya mungkin lebih cocok untuk urukan dibanding untuk plesteran," ujar Ramin (41), warga RT 02/RW 05, pemilik rumah dekat MCK umum. Menurut Ramin selain bangunan yang kurang memadai, lokasi MCK juga tidak strategis. Karena berada di belakang rumah pribadi warga. Akibatnya warga lain yang ingin menggunakan jamban umum itu menjadi segan melewati halaman pemilik rumah. [132] Post Date : 26 Mei 2006 |