TRENGGALEK - Sedikitnya warga yang bertempat tinggal di 92 desa wilayah Kabupaten Trenggalek masih menganut prilaku primitif dalam membuang hajat. Untuk buang air besar maupun air kecil, warga masih menyalurkannya ke sungai, kebun maupun pekarangan kosong. Sebab 92 desa dari 157 desa di 14 kecamatan Kabupaten Trenggalek tersebut belum tersentuh program Open Defecation Free (ODF) atau pola hidup sehat secara maksimal. Menurut keterangan Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek Ichwanu Kusno, masyarakat di 92 desa tersebut, belum memiliki kakus atau jamban sebagaimana tempat pembuangan air besar dan kecil. Selain faktor kemiskinan, ini juga dipengaruhi pendidikan dan kesadaran hidup sehat yang rendah. 92 desa ini merata di 14 kecamatan, ujarnya kepada wartawan. “Gaya hidup masyarakat tertinggal itu mengakibatkan sebagian warga kerap terjangkit kuman diare dan sejenisnya. Ini terjadi setiap musim penghujan. Kasus diare selalu meningkat,” terang Kusno. Sejauh ini, program ODF yang berlangsung mulai tahun 2008 itu baru menyentuh 65 desa. Hampir seluruh warga (65 desa) telah mengubah pola hidupnya. Dari ketergantungan buang air di sungai atau kebun, beralih ke jamban, termasuk membuat septic tank. Targetnya, kata Kusno, tahun 2013 seluruh kecamatan di Kabupaten Trenggalek telah melaksanakan program ODF. Sedangkan target tahun 2010 ini, separo dari 92 desa yang belum ODF bisa di ODFkan. “Dua kecamatan, yakni Trenggalek dan Pogalan ditargetkan mutlak melaksanakan ODF,” terangnya. Sayangnya, program ODF ini diakui Kusno hanya sebatas memberikan sosialisasi penyadaran ke masyarakat pentingnya buang air pada tempatnya. Selebihnya pemerintah hanya meminjamkan cetakan konstruksi membuat jamban. “Untuk semua biaya pembuatan, kita memang tidak menganggarkan. Semua dilakukan masyarakat sendiri,” pungkasnya. Aktivis sekaligus tokoh masyararakat Trenggalek Ganif Tanto Adi menilai program pemerintah berjalan setengah-setengah. Jika memang pemerintah serius mengubah prilaku hidup masyarakat lebih bersih, idealnya tidak hanya sekedar sosialisasi. Ini yang menyebabkan program tidak berjalan sempurna. Karena tidak semua warga mampu untuk membuat jamnam dan septic tank, ujarnya berharap ada anggaran untuk melaksanakan program secara maksimal. (Solichan Arif/Koran SI/teb)
Post Date : 09 Juli 2010
|