Mau Dibuang ke Mana Sampah-sampah Ini?

Sumber:Kompas - 20 Desember 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Sepanjang pekan lalu, hidung warga Kota Bandung seolah dipaksa menerima sergapan bau tak sedap akibat timbunan sampah di beberapa lokasi yang ramai dikunjungi. Namun, tidak dengan petugas kebersihan yang setiap hari berkutat dengan sampah.

Ujang (47) tidak memedulikan rasa dingin yang menusuk tulang pada Minggu (19/12) dini hari di Simpang Dago. Dengan kupluk penutup kepala serta kemeja lengan panjang yang tidak jelas warnanya saking lusuhnya, ia mengangkut sampah-sampah para pedagang di Pasar Simpang Dago, Jalan Ir H Djuanda, itu.

Sampah yang ia pungut dari sela-sela kaki meja para pedagang dikumpulkan di pinggir jalan. Nanti ada truk sampah yang mengambil hasil kerja Ujang. Truk itulah yang bakal membawa sisa dagangan yang sebagian besar berupa dedaunan, dan plastik. ”Biasanya satu jam lagi truk datang,” kata Ujang saat waktu menunjukkan pukul 04.00.

Di Pasar Andir, kemarin sore, tumpukan sampah yang sebelumnya teronggok hingga 2 meter di tepi Jalan Sudirman sudah tidak ada. Akan tetapi, tumpukan sampah masih terlihat menggunung di dekat bangunan Pasar Andir yang baru saja terbakar. Tumpukan itu memang agak tersembunyi karena berada di belakang deretan lapak pasar.

Direktur PD Kebersihan Kota Bandung Cece H Iskandar mengatakan, sampah-sampah itu, saking banyaknya, tidak bisa sekali angkut. Tumpukan sampah selama empat hari baru bisa tuntas diangkut dalam waktu dua minggu. Namun, Cece berencana menuntaskan masalah ini dalam waktu lebih cepat, yaitu sepekan. Caranya, dengan menyewa truk pengangkut dan menugaskan orang-orang seperti Ujang untuk bekerja lebih cepat.

Selain di pasar, sampah sem- pat menumpuk di tempat penampungan sementara yang letaknya di tengah-tengah permukiman warga. Salah satu TPS yang beberapa hari lalu terlihat sangat penuh sampah adalah TPS di Jalan Bengawan. ”Saya sampai bingung, mau diapakan sampah-sampah ini saking banyaknya,” kata Jajang, petugas kebersihan di tempat itu.

Insinerator


Pemerintah Kota Bandung belakangan ini memang sedang bersemangat menggenjot realisasi pembangunan insinerator sebagai moda pengolahan sampah berteknologi tinggi. Rencana itu dianggap beberapa pihak sebagai langkah yang terlalu terburu-buru. Pasalnya, Pemkot Bandung justru mengusulkan perda yang mengatur kerja sama dengan pihak ketiga dalam pengelolaan insinerator. Padahal, salah satu hal yang perlu dipikirkan jika insinerator jadi dibangun adalah tempat pembuangan abu hasil pembakaran.

Pakar tata kota dari ITB, Denny Zulkaidi, yang juga pernah jadi anggota tim penanganan sampah bentukan pemerintah pada 2005, mengatakan, insinerator hanya bisa mengolah 25 persen sampah. Adapun sisanya harus ditangani dengan cara lain, misalnya pengomposan dan sanitary land- fill.

Guru Besar Teknik Lingkungan ITB Prof Enri Damanhuri menyatakan, Singapura menjalankan lima insinerator untuk mengolah sampah mereka. Namun, negara maju ini juga punya tempat pembuangan akhir. ”TPA untuk menampung abu hasil pembakaran insinerator. Dengan masalah di Sarimukti belakangan ini, apakah Bandung siap menjalankan insinerator?” Enri menggugat. (Herlambang Jaluardi)



Post Date : 20 Desember 2010