Mati Urip" demi Toilet

Sumber:Kompas - 13 Januari 2008
Kategori:Sanitasi
Bicara soal kebersihan toilet umum, tak ada contoh paling baik selain toilet-toilet yang mencatat rekor Muri di Tegal, Jawa Tengah. Menjadi istimewa karena toilet-toilet itu tidak terletak di dalam hotel bintang lima atau pusat perbelanjaan mewah, tetapi menjadi bagian dari sebuah pompa bensin, jauh di luar kota.

Stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) nomor 44.52108 terletak di jalur jalan raya utama pantai utara (pantura) Jawa Tengah yang menghubungkan Kota Tegal dengan Semarang. Dari arah Jakarta, SPBU tersebut terletak di sebelah kiri jalan dan mudah dikenali karena adanya papan reklame besar yang menyebutnya sebagai SPBU peraih penghargaan Museum Rekor Indonesia (Muri).

Muri mencatat pom bensin milik pengusaha Shinta Irawati (87) ini sebagai SPBU dengan toilet terbanyak dan terbersih di Indonesia. Jumlah total toilet di SPBU tersebut ada 67, yang terdiri atas 27 ruang kamar wandi/WC (12 untuk pria dan 15 untuk wanita) dan 40 tempat buang air kecil untuk pria.

Selain semuanya sangat bersih dan tidak bau pesing, empat kamar mandi di antaranya dilengkapi dengan toilet duduk, shower, dan pilihan air dingin dan panas. "Awalnya dulu, semua kamar mandi dilengkapi shower, tetapi karena banyak yang dirusak akhirnya kami pertahankan di empat kamar mandi yang bisa digunakan berdasar permintaan pengunjung," ungkap Suyitno, Manajer SPBU 44.52108.

Untuk menjaga kebersihan puluhan toilet itu, manajemen SPBU mempekerjakan 12 petugas kebersihan yang bekerja 24 jam nonstop dalam tiga giliran jaga. Dalam setiap shift, dua orang bertanggung jawab terhadap kebersihan fasilitas SPBU lainnya, seperti mushala, tempat tidur, dan kafe.

Dua orang lainnya ditugaskan khusus menjaga kebersihan toilet, masing-masing satu di bagian toilet pria dan wanita. "Mereka gak boleh nyambi yang lain. Setiap ada orang selesai menggunakan toilet, mereka harus langsung masuk untuk membersihkan. Ibaratnya mati urip ya tetap di situ," tegas Suyitno sambil menambahkan setiap petugas kebersihan digaji sesuai upah minimum regional (UMR) setempat.

Namun, tetap saja tidak semua pengunjung sadar diri menjaga kebersihan yang telah membuat mereka nyaman buang hajat itu. Agus Tri, salah satu petugas pembersih toilet, mengaku sering menemukan orang tidak menyiram kotoran di toilet atau masih meninggalkan jejak lumpur dan tanah dari sepatu.

Yang lebih parah lagi, masih banyak pengunjung wanita yang membuang pembalut bekas ke dalam toilet. Akibatnya, tak jarang toilet-toilet tersebut tersumbat dan tak bisa dipakai lagi. "Kami harus panggil mobil tinja untuk menyedot, dan di dalamnya ternyata banyak sekali sisa pembalut. Padahal kami sudah pasang papan peringatan, menyediakan kertas pembungkus dan tempat sampah," ungkap Suyitno.

Memang ini soal budaya.... (DHF)



Post Date : 13 Januari 2008