|
TIGA anak kecil bermain air di sebuah kamar mandi mereka di Gang Damai, Jl Rahmadsyah, Kota Medan, Sumatra Utara. Seorang di antaranya bocah laki-laki. Sambil bermain air, bocah itu menyirami sepeda yang disandarkan di dinding kamar mandi. Tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam rumah, "Jangan main air. Air susah (didapat), nanti tidak ada air untuk masak," teriak seorang perempuan sambil berjalan menuju kamar mandi yang berada di depan rumahnya, pekan lalu. Peremuan bernama Afrida, 42, tidak henti-hentinya mengomel. "Sudah tahu air sering padam (tidak mengalir). Kalian suka bermain air lagi," kata ibu tiga anak ini. Tidak mengherankan Afrida kesal dengan ulah anak-anaknya. Pasalnya, aliran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan sejak dua tahun terakhir ini tidak lancar. "Dalam satu hari paling lama air mengalir selama dua jam. Itu pun aliran airnya sangat kecil. Bayangkan satu malam, bak berukuran 70 sentimeter (cm) kubik hanya terisi setengahnya," keluh Afrida. Buruknya pelayanan PDAM juga dikeluhkan warga Lingkungan XII Kelurahan Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan. Menurut Polina Ginting, penduduk setempat, air PDAM bau karat, berwarna kusam, dan sering mengandung cacing kecil-kecil. "Setiap hari saya harus merasakan air yang rendah kualitasnya seperti ini. Kalau digunakan malah menimbulkan penyakit. Padahal, kami selalu bayar rekening tepat waktu, tapi pelayanan yang diberikan malah buruk seperti ini," keluh ibu rumah tangga itu. Kondisi air PDAM yang buruk memaksa Polina membeli air isi ulang. Penduduk di kawasan itu juga menggunakan alat tambahan pengisap air untuk membantu mengalirkan air. Bahkan ada yang terpaksa menggunakan sumur tanah (bor). Keluhan lainnya juga diungkapkan, C Nababan, warga Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan. Di kawasan ini air PDAM mulai tidak mengalir pukul 15.00 WIB. Air akan mengalir kembali pukul 18.00. "Aliran air akan mati lagi mulai pukul 21.00 hingga pagi pukul 07.00. Begitulah terus terjadi akhir-akhir ini," katanya. Bersihkan pipa Kondisi air yang buruk belum menjadi perhatian pihak PDAM. Justru, Kepala Divisi Produksi PDAM Tirtanadi Medan Fahmi berkilah buruknya kualitas air karena pihaknya sedang memperbaiki dan membersihkan pipa instalasi air. "Memang beberapa hari belakangan ini kualitas air menurun. Itu memang direncanakan untuk perbaikan dan membersihkan pipa. Tapi, sebelum melakukan perbaikan, kami mengumumkan permintaan maaf kepada masyarakat bahwa kualitas air menurun," ujarnya beberapa waktu lalu. Sedangkan soal volume air yang mulai mengecil, Fahmi beralasan banyaknya pencurian air dalam skala besar oleh masyarakat. "Ada sebagian masyarakat membutuhkan air lebih dari biasanya sehingga menyedot air dalam jumlah besar. Ini sebenarnya juga karena suplai air PDAM Tirtanadi tidak bisa memenuhi permintaan masyarakat Medan yang terus bertambah." Berdasarkan data PDAM, kapasitas produksi perusahaan air minum daerah itu sekitarnya 4.370 liter per detik. Air tersebut disalurkan kepada sekitar 92,8% dari 2juta penduduk Kota Medan. "Sebenarnya laju peningkatan kapasitas sekitar 10% per tahun masih sebanding dengan peningkatan pemasangan sambungan pelanggan PDAM sebesar 9,34% per tahun atau 15.000 sambungan per tahun," paparnya. Data PDAM terakhir menyebutkan rata-rata pemakaian air oleh masyarakat Kota Medan yakni 29 meter kubik per bulan untuk rumah tangga (domestik) dan sebesar 120 meter kubik per bulan untuk nondomestik dengan rasio pemakaian 35% untuk domestik dan 65% untuk nondomestik. Efisiensi penyaluran air PDAM hingga saat ini masih 80% sampai kepada pelanggan. Sekitar 20,68% dari total air hilang akibat pencurian dan kebocoran pipa instalasi. (Yennizar/Kennorton/N-2). Post Date : 05 September 2005 |