Kuningan, Kompas - Kabupaten Kuningan akan membuka jalur pemanfaatan mata air di wilayahnya untuk kawasan Cirebon, Kuningan, dan Indramayu di Jawa Barat serta Brebes di Jawa Tengah. Hasil dari pemanfaatan mata air itu nanti bisa menyuplai 100.000 pelanggan PDAM baru.
Direktur PDAM Kuningan Khamdan mengatakan, selama ini Kuningan kelebihan suplai air bersih. Suplai itu tidak seluruhnya termanfaatkan karena letak mata air lebih rendah dari perkampungan warga. Padahal, warga di kabupaten lain kerap kesulitan air saat kemarau. "Mata air yang tak termanfaatkan ini bisa menjadi sumber air warga Cirebon, Brebes, dan Indramayu," kata Khamdan, Kamis (25/2).
Sumber mata air dibagi dalam tiga zona, yakni zona selatan yang meliputi Kecamatan Darma dan Kadugede, zona tengah (Cigugur dan Kuningan), serta zona utara (Pasarahan, Mandirancan, Cilimus, dan Jalaksana).
Zona selatan bisa mengairi wilayah hilir sebelah timur Kabupaten Cirebon dan Brebes. Adapun zona tengah dan utara bisa mengairi wilayah utara Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, hingga hilir timur Indramayu.
"Total air yang bisa dialirkan mencapai 1.000 liter per detik. Itu setara dengan kebutuhan air 100.000 pelanggan rumah tangga baru," ungkapnya.
Selama ini kebutuhan air bersih di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, dan Brebes belum mencukupi. Di Kota Cirebon, 27.000 rumah tangga masih mengantre menjadi pelanggan PDAM, sedangkan pasokan air selama 20 tahun tak bertambah.
Di Kabupaten Cirebon dan Indramayu, daerah seperti Kapetakan, Losari, Krangkeng, dan Karangampel belum tersentuh pelayanan air bersih. Kalaupun ada, saat kemarau air ledeng kadang tak mengalir.
Pangkas biaya pengolahan
Direktur PDAM Indramayu Suyanto mengakui, selama ini pihaknya kesulitan menyediakan air bersih untuk pelanggan PDAM. Pasokan utama air baku berasal dari Sungai Cimanuk, tetapi air yang keruh membuat biaya pengolahannya tinggi. "Itu pun tidak bisa menjangkau semua daerah," kata Suyanto, Minggu.
Karena itu, tawaran Kuningan memanfaatkan mata air lintas daerah disambut baik. Kualitas air dari Kuningan sangat layak untuk air bersih, bahkan tidak perlu diolah. Biaya untuk membayar kompensasi penggunaan air minum diperkirakan juga lebih kecil daripada mengolah air Cimanuk atau mengebor sumber mata air baru.
"Setiap bulan Rp 1,7 miliar habis untuk mengebor air dan mengolah air baku. Jika air dari Kuningan masuk, biayanya bisa dipakai untuk konservasi hulu saja," katanya.
Namun, Khamdan dan Suyanto mengatakan, modal awal untuk membangun jaringan penyaluran air tidak sedikit. Meski bisa memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan air, jarak sumber mata air Kuningan ke Indramayu timur tergolong jauh, yakni 90 kilometer.
Khamdan memperkirakan investasi untuk membangun jaringan penyalur air dari Kuningan ke empat kabupaten/kota mencapai 123 miliar. Dana itu akan ditanggung APBN Rp 103 miliar dan APBD Provinsi Jawa Barat Rp 20 miliar. "Kami sudah berkomunikasi dengan pemerintah pusat dan diusahakan agar pada APBN Perubahan pos dana pembangunan fasilitas air sudah dianggarkan. Dengan demikian, proyek penggunaan mata air bisa segera direalisasi," katanya. (NIT)
Post Date : 01 Maret 2010
|