|
Makassar, Kompas - Debit air pada sumber air Topa di Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan, yang menjadi sumber air bersih bagi masyarakat Selayar terus menurun akibat alih fungsi lahan yang tidak tepat. Jika kondisi ini tidak segera ditangani, Selayar dipastikan terancam krisis air bersih. Kepala Badan Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Selayar Abdul Kadir DP, Kamis (12/1), mengatakan, sejauh ini sesungguhnya sumber air Topa masih cukup baik meskipun ada indikasi sumber air itu debit airnya menurun. Sebagai gambaran, volume air sumber air Topa tahun 2002 sebesar 27.028.291,8 meter kubik per tahun, dan data tahun 2004 menjadi 19.680.795 meter kubik per tahun. Penurunan debit air itu di antaranya disebabkan oleh pengolahan kawasan hulu yang tidak tepat. Seharusnya kawasan hulu menjadi lahan konservasi, tetapi lahan itu banyak diubah masyarakat menjadi perkebunan kelapa, ujar Kadir. Khusus Sub-DAS (Daerah Aliran Sungai) Topa, yang merupakan daerah tangkapan untuk sumber air Topa, tidak memiliki kawasan lindung. Kawasan penyangga hanya 11,1 hektar, sedangkan kawasan tanaman tahunan luasnya 344,7 hektar, dan kawasan tanaman semusim seluas 95,88 hektar. Pemakaian lahan dengan membuka lahan untuk perkebunan dan permukiman tersebut diakui berdampak pada penurunan kuantitas air yang menyebabkan beberapa aliran sungai volume airnya menipis. Dampaknya semakin besar saat memasuki musim kemarau. Kadir mengatakan, jika tidak segera ditangani, Selayar bisa mengalami krisis air bersih. Kami sedang melakukan penelitian untuk mengetahui kondisi sesungguhnya sumber air Topa agar dapat diambil langkah- langkah pengendalian, katanya. Hasil penelitian itu akan menjadi rujukan bagi Pemerintah Kabupaten Selayar untuk upaya pengendalian. Staf Subdinas Geologi dan Sumber Daya Mineral Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulsel Khalil AM Sihab, yang membantu Pemerintah Kabupaten Selayar meneliti kondisi sumber air Topa, mengatakan, untuk menjaga kesinambungan tata air yang menyuplai sumber mata air Topa serta menjaga volume dan debit air dibutuhkan perubahan pemanfaatan lahan di wilayah tersebut. Kawasan penyangga yang luasnya 11,1 hektar ditingkatkan menjadi 355,8 hektar. Kawasan tanaman tahunan di wilayah Sub-DAS Topa dialihfungsikan menjadi kawasan penyangga untuk memperbesar infiltrasi air permukaan ke dalam tanah dan batuan untuk menambah volume dan debit air ke dalam sumber mata air Topa. Tidak layak konsumsi Kadir menambahkan, selain debit yang menyusut, kualitas air sumber air Topa yang dimanfaatkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Selayar sebagai sumber air bersih warga Selayar sebenarnya juga tidak layak dikonsumsi. Kadar keasinannya sangat tinggi. Pada pengukuran kualitas air di kawasan Topa, khususnya di kawasan sumber air baku PDAM, kualitas air ternyata sudah begitu buruk dan cenderung dapat merusak kesehatan. Hasil laboratorium menunjukkan kadar keasinan dan pH (keasaman) semakin tinggi. Kadar keasinan yang dibolehkan 1.250 mos/cm, sedangkan daerah ini mencapai 2.530 mos/cm. Khalil memperkirakan, ini berasal dari pencemaran air laut atau dari pertambakan. (DOE) Post Date : 13 Januari 2006 |