Mata Air Mengering, Warga Kesulitan Air Bersih

Sumber:Pikiran Rakyat - 01 Oktober 2010
Kategori:Air Minum

Ketersediaan air menjadi persoalan serius bagi warga yang tinggal di sekitar lokasi situs cagar budaya Gua Pawon, Desa Gunungmasigit, Kec. Cipatat, Kab. Bandung Barat. Sumber mata air di kawasan yang dulunya menjadi "surga air" itu kini sudah menipis. Warga pun mulai kelimpungan mencari air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Salah seorang warga yang tinggal di sekitar Gua Pawon, Ecep Suhaya (54) mengaku mulai kesulitan mendapatkan air yang bersumber dari mata air alami. "Ayeuna mah sesah, caina tos sakedik (Sekarang sudah susah, airnya semakin sedikit)," ujar Ecep yang juga kuncen Gua Pawon, beberapa waktu lalu.

Dia pun bercerita, di sekitar kawasan itu dulu terdapat tiga mata air, yaitu Cihampelas, Cikole, dan Panyusuhan. Tiga mata air tersebut secara aktif menyokong kehidupan warga sekitar. Namun, saat ini yang masih mengalir hanya mata air Panyusuhan, yang lokasinya berada di balik Gua Pawon. Itu pun dengan debit air yang makin sedikit. Padahal, mata air tersebut menjadi andalan bagi warga di tiga rukun tetangga yang berada di sekitarnya. Sementara dua mata air lainnya mengering dan tidak bisa digunakan.

Dia memperkirakan, mata air itu kering akibat aktivitas penambangan kapur. Kendati saat ini sudah tidak ada lagi penambangan di Gua Pawon, tetapi aktivitas di sejumlah titik di sekitarnya ikut memberi dampak. "Ngawitan karaos sesah cai teh taun 1990-an (Mulai terasa susah air sejak sekitar 1990-an)," ujarnya.

Ecep menduga, penggunaan bahan peledak dalam menambang ikut mengubah struktur batuan yang ada di sekitarnya. Tidak tertutup kemungkinan perubahan struktur itu memperkecil saluran mata air.

Sementara itu, anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung, T. Bachtiar menuturkan, bukti bahwa kawasan Gua Pawon itu dahulunya sumber air adalah peta topografi yang dibuat pada 1979. Dalam peta tersebut, kawasan di sekitar Gua Pawon diberi nama Cipanyusuan.

Kekurangan air ini menjadi ironis karena struktur daerah kapur, menurut Bachtiar, merupakan daerah resapan sekaligus penampungan air. Oleh karena itu, tak heran jika dulu, saat penambangan masih belum marak, terdapat banyak mata air. Dia memperkirakan, di kawasan Gua Pawon dahulu terdapat belasan mata air.

Jika tidak segera disikapi, menurut Bachtiar, warga akan semakin kesulitan mendapat air karena saat ini aktivitas pertambangan masih berlangsung. Penentu kebijakan perlu segera mengambil langkah agar kawasan kapur itu tetap dapat memenuhi kebutuhan air warga sekitar dan fungsi ekologi lainnya. (J. Pambudi/"PR")



Post Date : 01 Oktober 2010