|
Saat musim kemarau seperti sekarang, wajar bila waduk dan embung mulai mengering. Tetapi, mata air di samping kiri Pasar Karanganyar, Desa Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, itu airnya masih tetap mengucur dengan derasnya. Mata air ini tidak hanya digunakan warga desa setempat, tetapi mampu pula mencukupi kebutuhan air bersih bagi ribuan warga desa lain di Kecamatan Karanganyar, Gajah, Mijen, Wonosalam, dan sebagian kota Demak. Sampai kini tak diketahui secara pasti berapa besar debit sumber air itu. Tetapi, yang pasti mata air ini ada sejak zaman penjajah Belanda, dan belum pernah mengering sekalipun meski terjadi musim kemarau yang panjang. Sebelum dikelola Pemerintah Desa Karanganyar, mata air yang diperkirakan mencapai kedalaman 150 meter itu dikuasai sejumlah warga desa itu. Hasil penjualan air itu tak digunakan dengan baik. Oleh karena kondisi itu, sesuai rembuk desa, sumber air itu dilelang setahun sekali dan hasilnya digunakan untuk pembangunan Desa Karanganyar. Apalagi, desa itu tergolong desa makmur karena kepala desa dan seluruh perangkatnya memperoleh tanah bengkok (tanah garapan) yang luas. Desa ini pun memiliki bondho desa. Tahun 2006, pemenang lelang mata air itu adalah Samsuri. Dia beberapa tahun terakhir ini tampil sebagai pemenang dengan penawaran tertinggi Rp 35 juta. "Nilai itu bisa diangsur dua kali dan biasanya paling lambat akhir September sudah saya lunasi," katanya ketika ditemui Kompas di lokasi mata air itu, Rabu (2/8) lalu. Sebagai pemenang lelang, Samsuri berhak menjual air bersih ini pada masyarakat. Ia menjual dengan harga Rp 300 per jeriken berisi 30 liter. Pada musim kering seperti sekarang, saat kebutuhan air meningkat, rata-rata per hari dia bisa menjual 1.000 jeriken. Dengan harga Rp 300 per jeriken, Samsuri bisa memperoleh keuntungan. "Tidak banyak, karena latar belakang mengikuti lelang ini adalah untuk kepentingan desa, memberikan lapangan kerja, dan memberi penghasilan bagi seorang anak saya. Usaha ini lebih banyak diwarnai fungsi sosial," ujarnya. Untuk meraih keuntungan lebih besar, sebenarnya Samsuri disarankan menjual air bersih itu dalam bentuk kemasan yang menarik, karena berdasarkan penelitian, kualitas air mata air Karanganyar itu baik. Artinya, sekualitas air kemasan yang diproduksi perusahaan air mineral di negeri ini. Lagi pula, jika saran itu direalisasi, tidak akan mengurangi debit air yang selama ini untuk memenuhi kebutuhan sebagian penduduk. "Tetapi, karena terbentur modal, saya belum mencobanya," tutur Samsuri. Sebaliknya, yang meraih keuntungan agak banyak justru pedagang air. Karena, air bersih dari mata air Karanganyar itu dijual Rp 1.250-Rp 2.000 per jeriken, tergantung jarak konsumennya. Umumnya pedagang air mengangkut dengan mobil bak terbuka, dan air dikirim langsung ke bak atau ember penampung air di rumah konsumen. Sedang yang berjarak dekat, pengiriman dilakukan dengan menggunakan songkro atau gerobag dorong. Keberadaan mata air Desa Karanganyar itu membantu Pemerintah Kabupaten Demak dalam pengadaan air bersih, karena Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Demak sampai sekarang belum mampu memenuhi kebutuhan air bersih seluruh warganya. Menurut Samsuri, pemerintah desa seharusnya mulai merehabilitasi bak penampungan di kompleks mata air, karena mulai keropos. Juga harus mulai memikirkan cara melestarikan sumber air ini karena tak tertutup kemungkinan debit air akan semakin menurun. Oleh Suprapto Post Date : 07 Agustus 2006 |