Mata Air Cikole, Berkah Berlimpah di Musim Kemarau

Sumber:Pikiran Rakyat - 21 Juli 2008
Kategori:Air Minum

SIAPA bilang musim kemarau identik dengan tak ada air? Sudah lama masyarakat empat kampung di Desa Bandasari Kec. Cangkuang Kab. Bandung tak mengenal kata kekurangan air dalam lembaran sejarah mereka. Keempat kampung itu adalah Kp. Kawungluwuk, Cikiara, Cikuya, dan Sindangpalay yang terletak dalam satu hamparan dan diapit dua buah bukit kecil, tak jauh dari pusat kota Soreang.

Banyaknya mata air yang memasok kebutuhan air bersih di daerah itu adalah salah satu penyebabnya. Salah satu mata air terbesar yaitu mata air Cikole yang terletak di atas lahan milik Yaya (50) di Kp. Kawungluwuk. Mata air itu mengairi lahan persawahan hingga kebutuhan air minum sejauh 1.200 meter. Air itu pun dijual kepada para pengusaha air bersih swasta.

Menurut Yaya, mata air itu merupakan sebuah berkah yang diberikan untuk keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Mata air itu juga merupakan warisan keluarga Yaya yang telah temurun selama lima generasi. Oleh karena itu, Yaya berniat untuk tetap menjaganya dan menurunkannya pada generasi berikutnya.

"Dahulu, banyak warga yang kekurangan air saat musim kemarau di kampung tetangga. Warga harus berbondong-bondong membawa ember ke sini. Untuk memudahkan, kami memasang selang untuk warga di empat kampung ini hingga sejauh 1.200 meter," kata Yaya. Meskipun ia kini menjual sebagian produksi air dari mata air Cikole ini, Yaya tetap memberikan "jatah" untuk masyarakat dalam mengairi sawahnya.

Khusus untuk air yang dijual kepada para pengusaha air bersih swasta, Yaya belajar pada warga di sekitar Ujungberung yang telah menjalani bisnis ini lebih dahulu. Ia pun beberapa kali memeriksakan airnya ke PDAM Jln. Surapati Kota Bandung. Dengan produksi air sekitar 4 liter per detik dan kemurnian air yang cukup baik, Yaya yakin air itu dapat menjadi tambahan bagi ekonomi keluarganya.

Sejak dua tahun silam, Yaya sengaja membuat kolam penyaringan air di sekitar mata air itu. Karena letak mata air dengan stasiun pengisian tangki air berjauhan, Yaya membeli dua mesin diesel untuk menyalurkan air sepanjang 150 meter. Satu tangki air berkapasitas 4.000 liter, Yaya menjualnya seharga Rp 25.000,00.

Namun, bisnis air bukan yang utama bagi Yaya. Keberlangsungan mata air ini adalah yang utama dibandingkan dengan keuntungan yang akan didapat. "Air merupakan kebutuhan vital manusia. Saya akan menjaga mata air ini agar selalu bermanfaat bagi masyarakat," kata Yaya. (Deni Yudiawan/"PR")



Post Date : 21 Juli 2008