|
Medan, Kompas - Warga di sekitar proyek kanal banjir di Medan yang mengalami krisis air bersih sejak 2005 tidak lama lagi akan menikmati air bersih. Pimpinan PT Adikarya, kontraktor pembangunan kanal, memastikan mulai minggu depan penyambungan saluran air akan dilakukan secara bertahap. "Hari ini, Jumat (11/1), kami bertemu pimpinan PT Adikarya, Pak Haris. Kami memperoleh kepastian bahwa mulai minggu depan, PT Adikarya akan memasang saluran air untuk 10 rumah. Setiap minggu, 10 rumah yang saluran airnya dikerjakan," ujar Ramli, warga Lingkungan IX, Jalan Bajak IIH, Kelurahan Harjosari, Kecamatan Medan Amplas, Medan. Ramli menyatakan, PT Adikarya juga menanggung pembengkakan harga pembuatan saluran air sebesar Rp 150 juta dari harga semula. "Kami tahunya beres. Kalaupun ada pembengkakan harga dibanding dengan ketika kesepakatan warga dan PT Adikarya dibuat, akan dibicarakan PT Adikarya dan PDAM. Menurut saya, itu menjadi tanggung jawab PT Adikarya," katanya. Ramli menegaskan, warga sudah menderita sejak tahun 2005 ketika proyek ini mulai dikerjakan. "Warga sudah menanggung beban sejak 2005, mengapa masih harus dikenai tambahan uang untuk memenuhi pembengkakan harga pembuatan saluran itu," tuturnya. Jumat kemarin, kata Ramli, warga kembali melakukan demonstrasi. Mereka menuntut PT Adikarya yang berjanji akan memasang saluran air. Namun, sampai kemarin baru 15 rumah dari 115 yang disepakati. Demonstrasi serupa dilakukan warga hari Sabtu pekan lalu. Bersama puluhan warga di lingkungan itu, Ramli bersama warga menghadang dan mengusir alat berat yang akan beroperasi di lingkungan IX. Pekerja proyek mengalah dan membatalkan penggunaan alat berat tersebut. Dengan dikawal petugas, para pekerja membawa alat berat meninggalkan lokasi proyek. Meski telah dibatalkan, saat itu warga bertekad akan terus berdemonstrasi sebelum PT Adikarya memenuhi kesepakatan untuk membuatkan saluran air bersih. Bahkan, sebagian warga bertekad akan terus mengusir alat berat yang akan digunakan untuk membangun proyek tersebut. Di lokasi pembangunan proyek, pengerjaan kanal di lingkungan IX sudah hampir rampung. Di dekat proyek, menurut Ramli, terdapat 16 rumah retak. Retaknya bangunan di sekitar proyek terjadi karena getaran saat penancapan pasak bumi di dekat jembatan yang melintasi kanal. Proyek banjir kanal Medan dilakukan dengan cara menghubungkan Sungai Deli dan Sungai Percut untuk mengurangi kemungkinan banjir besar di Kota Medan. Sumur bor Selama ini, warga sekitar kanal di lingkungan IX, Kelurahan Harjosari, itu berupaya mencari sumber air dengan mengebor tanah sampai dengan kedalaman 20 meter. Sudah dua kali Tugino, warga setempat, mengebor tanah di sekitar rumahnya. Dari dua kali penggalian itu, Tugino tidak berhasil mendapatkan air bersih. "Air dalam sumur galian saya berwarna kuning dan keruh. Kami tidak bisa memakainya untuk minum," katanya. Untuk keperluan mandi, sebagian warga memakai air dari endapan kanal. Sebagian yang lain mengambil air dari lingkungan tetangga dengan gratis, tetapi sebagian ada yang membeli. Akibat pembangunan proyek ini, kehidupan warga sekitar kanal di lingkungan IX menjadi sengsara dan lebih banyak mengeluarkan uang. Apalagi, sebagian warga membeli air isi ulang. Rata-rata setiap keluarga harus mengeluarkan biaya Rp 35.000 per bulan. Biaya itu belum termasuk ongkos mengangkut air bersih dari lingkungan lain. Ramli berharap PT Adikarya tidak mengingkari janjinya untuk segera membangun saluran air bersih. "Sudah terlalu lama kami menunggu realisasi kesepakatan ini. Kalau masih ditunda lagi, saya tidak tahu harus berbuat apa," katanya. (NDY/MBA) Post Date : 12 Januari 2008 |