Masyarakat Mulai Membeli Air

Sumber:Kompas - 16 Juli 2007
Kategori:Air Minum
Magelang, Kompas - Memasuki musim kemarau, kesulitan pasokan air juga menimpa masyarakat Desa Rejosari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Akibatnya, untuk kebutuhan sehari-hari, warga kini terpaksa mendapatkan air dengan cara membeli.

Salah seorang warga, Supri, mengatakan bahwa air tersebut biasa dibeli dari sebuah tempat pencucian mobil di Dusun Kapohan. Untuk pengambilan air dengan menggunakan mobil, satu mobil ditarik biaya Rp 2.000. Satu mobil pikap dapat mengangkut empat hingga lima gentong, sedangkan truk berkisar 10 gentong per sekali angkut. Satu gentong biasanya berkapasitas sekitar 80 liter air.

"Jika ingin menumpang mandi atau mencuci pakaian di sana, kami ditarik Rp 500 per orang," tuturnya, Minggu (15/7).

Aktivitas pembelian air ini sudah berjalan selama sebulan terakhir. Hal ini, menurut dia, terpaksa dilakukan karena sumur desa yang selama ini diandalkan oleh warga setempat sudah mengering.

Supri menerangkan bahwa di Desa Rejosari sebenarnya sudah dialiri jaringan pipa PDAM. "Namun, jaringan pipa itu pun tidak bisa diandalkan karena sudah mati, tidak mengeluarkan air selama delapan bulan terakhir," ujarnya.

Kesulitan air semacam ini juga terjadi di Desa Bawang. Seorang warga Supono mengatakan bahwa sebuah sumber air yang biasanya diandalkan oleh warga satu dusun, kini tidak lagi mengeluarkan air.

"Dengan demikian, secara otomatis tiga bak penampungan di dusun pun akhirnya kosong dan mengering," ujarnya. Air dari sumber dialirkan ke tiga bak penampungan melalui jaringan pipa.

Kondisi serupa juga terjadi pada tujuh sumur yang ada di dusun. Karena sudah nyaris mengering, sumur-sumur itu pun tidak lagi bisa dimanfaatkan oleh warga.

Meskipun demikian, Supono mengatakan, warga kini sangat bersyukur karena aliran air PDAM masih mengalir. "Namun, air PDAM pun tidak bisa sepenuhnya diandalkan karena sering mendadak mati dengan jangka waktu yang tidak ditentukan," paparnya.

Pada tahun lalu, air PDAM bahkan sempat tidak mengalir selama enam bulan sehingga ketika musim kemarau tiba, mereka terpaksa mengantre air di mata air dan membeli air dari tangki.

Di Desa Soroyudan, Kecamatan Tegalrejo, persediaan air di sebagian sumur milik warga juga sudah mulai menyusut. Seorang petani, Harjo, mengatakan bahwa kesulitan justru sangat dirasakan untuk pertanian. "Air dari saluran pipa sudah tidak mengalir sehingga untuk menanam kacang saja saya pesimistis," ujarnya. (EGI)



Post Date : 16 Juli 2007