Cirebon, Kompas - Sejumlah masyarakat di Cirebon mulai memanfaatkan bank sampah untuk mengurangi sampah di tempat pembuangan akhir dan di lingkungan mereka. Bank sampah tersebut juga dimanfaatkan warga untuk menambah pemasukan mereka.
Bambang Sasongko, Ketua Masyarakat Pecinta Sungai, Kamis (10/6), mengatakan, bank sampah yang didirikan Yayasan Bumi Darussalam sudah beroperasi sebulan lalu. Di tempat itu warga yang rata-rata ibu rumah tangga bisa menabung sampah plastik dan kertas.
Untuk botol plastik, misalnya, harga beli mencapai Rp 1.500 per kg. Biasanya kaum ibu hanya menyetor beberapa botol. Namun, nantinya bisa terkumpul berkilo-kilo botol plastik sebagai tabungan. "Mereka diberi catatan jumlah tabungan yang bisa diuangkan sewaktu-waktu," kata Bambang yang juga merupakan pembina Yayasan Bumi Darussalam.
Dalam sebulan ini, 350 warga terutama ibu rumah tangga sudah menjadi nasabah bank tersebut. Plastik dan kertas bekas yang disetor pun didaur ulang dan dijual kembali ke penampungan plastik dan kertas daur ulang di Jakarta.
Selain memanfaatkan bank sampah, nasabah juga memanfaatkan sampah organik rumah tangga menjadi kompos. Tarsiah (55) mengaku ingin belajar mengelola sampah karena ternyata sampah memiliki nilai ekonomi. "Setidaknya kulit wortel ataupun batang seledri yang sudah layu bisa jadi uang lagi, atau paling tidak bisa jadi pupuk bunga," kata warga Kejaksan Kota Cirebon ini.
Menurut Bambang, jika konsep bank sampah bisa diterima masyarakat dan dimanfaatkan sepenuhnya, persoalan penumpukan sampah akan berkurang. Apalagi, sudah ada aturan tentang sampah yakni Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008. UU itu memberi peluang warga mendapat insentif dari hasil mengolah sampah.
Belum membudaya
Sudartoyo, Kepala Pengolahan dan Pemanfaatan Sampah Balai Pengelolaan Sampah Regional, Dinas Perrmukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat, mengakui, kegiatan mengelola sampah belum membudaya di masyarakat.
Padahal, jika warga mau mengelola sampah dan mengurangi sampah yang dihasilkan, tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir bisa dikurangi. Dengan menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah, ekonomi masyarakat bisa terangkat dan menghemat biaya pengangkutan sampah.
"Penghematan bisa dihitung dari biaya angkut sampah. Dengan sistem penggunaan, pendaurulangan, dan penggunaan kembali, sampah yang diangkut hanya setengah dari biasanya. Biaya angkut per bulan yang biasanya Rp 15 juta jadi hanya Rp 7,5 juta. Penghematan itu bisa diberikan kepada warga sebagai insentif mengelola sampah," katanya dalam sosialisasi UU Pengelolaan Sampah di Cirebon yang diadakan Komunitas Masyarakat Pecinta Sungai.
Pengelolaan sampah pun mulai diadopsi perusahaan dan pabrik di Cirebon. Menurut Arwin Arin Rinenda, Store Manager Carrefour Cirebon, penghematan plastik sudah dilakukan untuk menekan jumlah sampah. Ia mengakui, setiap hari tokonya mengeluarkan kantong plastik belanja hingga 3.000 buah, atau potensi tumpukan sampah plastik seluas 600 meter persegi. "Karena itu, sejak setahun lalu kami mulai memakai kantong plastik daur ulang yang ramah lingkungan dan bisa dipakai berkali-kali," katanya. (NIT)
Post Date : 11 Juni 2010
|