Pontianak, Kompas - Sejumlah warga hulu sungai dan daerah aliran sungai di Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, keberatan jika aktivitas perladangan dituding sebagai penyebab banjir. Menurut mereka, banjir yang merendam ratusan rumah di Kapuas Hulu disebabkan oleh tingginya intensitas hujan.
Perwakilan masyarakat Desa Tanjung Lokang, Kecamatan Pu tussibau Selatan, dan warga Daerah Aliran Sungai Mendalam menyampaikan keberatan itu ke kantor WWF Indonesia Kantor Putussibau.
Dalam berita yang dimuat di Kompas (Rabu, 25/8), anggota staf World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Kantor Putussibau, Yudiati Puspitasari Vivin, mengatakan, sebagian kawasan hutan di hulu Sungai Kapuas rusak akibat aktivitas berladang. Hal itu menjadi salah satu penyebab banjir di Putussibau. ”Di beberapa titik, tutupan hutan sudah terbuka karena perladangan oleh penduduk sekitar,” kata Vivin.
Menurut Vivin, Jumat (27/8), ada pernyataannya yang tidak termuat, yakni aktivitas perladangan bukan merupakan faktor utama dan tidak signifikan menyebabkan banjir.
Vivin menyatakan, banjir juga disebabkan oleh kondisi geografis Putussibau yang berada di dataran rendah.
Project Leader WWF Indonesia Kantor Putussibau Albertus Tjiu mengatakan, banjir di Putussibau terjadi karena tingginya intensitas hujan selama beberapa hari sehingga Sungai Kapuas meluap.
Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak, Radian mengatakan, banjir di Putussibau disebabkan berkurangnya kemampuan Danau Sentarum sebagai muara beberapa anak sungai.
”Berdasarkan penelitian kami, Danau Sentarum mengalami pendangkalan, salah satu karena maraknya pembukaan perkebunan kelapa sawit. Anak sungai yang melalui Putussibau bermuara di Danau Sentarum sehingga banjir pasti terjadi di Putussibau ketika intensitas hujan tinggi dalam waktu lama,” katanya. (AHA)
Post Date : 28 Agustus 2010
|