|
Bandung, Kompas - Akibat lambannya pemerintah daerah menangani masalah sampah yang terus menggunung, Gerakan Masyarakat Peduli Lingkungan Kota Bandung menggelar aksi peduli sampah di sejumlah tempat pembuangan sampah di Kota Bandung, Minggu (13/3). Aksi kepedulian ini berupa pemilahan sampah berdasarkan jenisnya dan pewadahan sampah ke dalam karung. Kegiatan penataan sampah itu dilakukan di beberapa tempat pembuangan sampah (TPS), di antaranya TPS kebun binatang, TPS Pasar Suci, TPS Sukasenang, TPS Pasar Gegerkalong, dan TPS di Universitas Islam Bandung. Pelaksana kegiatan itu di antaranya Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis), mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Pasundan (Unpas), Institut Teknologi Nasional, Universitas Islam Bandung (Unisba), Universitas Bandung Raya (Unbar), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ekuitas, serta sejumlah masyarakat. "Sampah-sampah di TPS itu berasal dari kita. Maka, mari kita peduli dengan sampah kita sendiri," kata Yussy Kusumawardani, salah satu penggagas Aksi Peduli Sampah Kota Bandung. Sejak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah ditutup akibat bencana longsor tanggal 21 Februari lalu, sampah menumpuk di hampir seluruh TPS di Kota Bandung. Dalam aksi peduli sampah tersebut, sejumlah mahasiswa dan masyarakat memasukkan sampah-sampah yang menumpuk di TPS ke dalam karung serta memisahkan sampah organik dan anorganik. Pemisahan sampah Tujuan pemisahan itu untuk mengurangi bau dan kubangan lalat di onggokan sampah. Yussy mengharapkan masyarakat mulai peduli untuk mengurangi volume sampah dan memilah sampah yang akan dibuang ke TPS berdasarkan jenisnya. "Misalnya, sampah plastik dipisahkan dengan sampah yang mudah busuk," kata Yussy yang juga alumnus Teknik Lingkungan ITB. Selain itu, sampah yang akan dibuang diletakkan di dalam karung untuk mengurangi bau apabila pengangkutan sampah tertunda. Kepala Bidang Amdal, Sarana dan Prasarana, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) Jawa Barat Suharsono mengatakan, upaya pemilahan sampah harus didukung oleh penyediaan infrastruktur pengangkutan sampah dan mekanisme penampungan sampah yang tepat. "Percuma saja kalau sampah yang telah dipisah akhirnya tercampur kembali di TPS karena kontainer sampah di TPS masih terbatas. Pemilahan sampah seharusnya didukung oleh kontainer yang khusus untuk sampah organik dan anorganik," kata Suharsono. Namun, lanjut Suharsono, pemilahan sampah dan pengurangan sampah merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi beban pengangkutan sampah di Kota Bandung. Yussy menyatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung seharusnya bertindak cepat dengan mengoordinasikan dinas-dinas di Kota Bandung untuk membantu pengangkutan sampah dari TPS. "Pemkot Bandung harusnya tanggap melihat persoalan pengangkutan sampah. Pemkot seharusnya menggerakkan dinas-dinas di Kota Bandung untuk menyediakan truk guna membantu pengangkutan sampah," kata Yussy menegaskan. Ia menekankan perlunya koordinasi antardinas di lingkungan Pemkot Bandung dalam menangani persoalan sampah. Sementara masyarakat juga diminta untuk memasukkan sampah ke dalam karung supaya mudah diangkat. "Kalau masyarakat sudah bersedia membantu penanganan sampah, diharapkan ada bantuan dalam pengadaan karung," katanya. Saat ini Pemkot Bandung mengandalkan pembuangan sampah di TPA Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, yang kapasitas tampungnya sekitar 1.500 meter kubik sampah per hari. Daya tampung ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan volume sampah di Kota Bandung yang mencapai 7.500 meter kubik sampah per hari. Sedangkan mobil truk yang disediakan Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung berjumlah 77 buah. Tumpukan sampah tidak hanya terdapat di tempat pembuangan sampah, tetapi sudah meluas hingga ke pinggiran jalan umum. (lkt) Post Date : 14 Maret 2005 |