|
BANDUNG, (PR).Genangan air dan banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kab. Bandung mulai surut, hingga Rabu (6/4/) sore, tinggal beberapa perkampungan yang masih tergenang air. Meski demikian, masih banyak warga yang tetap bertahan di lokasi pengungsian, mereka masih khawatir terjadi banjir susulan yang selalu terjadi menjelang tengah malam. Sebagaimana pantauan "PR" di lapangan, pada umumnya perkampungan yang masih tergenang air bercampur lumpur berada di sekitar daerah aliran Sungai Citarum. Selain karena Sungai Citarum belum surut, genangan air di sejumlah daerah akibat banyaknya sampah yang menyumbat aliran air. Seperti di Kampung Bongas RW 20 Kel. Baleendah Kec. Baleendah, air yang menggenang masih setinggi betis orang dewasa. Selain menutupi jalan masuk perkampungan, sejumlah rumah warga di perkampungan yang tepat di pinggir aliran Sungai Citarum masih banyak yang terendam. Hal yang sama juga masih terlihat di Kp. Mekarsari Kel. Baleendah, Kec. Baleendah. Sejumlah warga terlihat membersihkan rumah mereka. "Meski air menggenang tapi mau bagaimana lagi. Kalau tidak dibersihkan, rumah cepat rusak dan bau," ujar Oman (35) salah seorang warga saat di temui "PR" sedang membersihkan rumahnya dari lumpur. Menurut Oman, meskipun banjir sudah surut dirinya belum berani untuk membawa istri dan anaknya pulang. Karena selain air belum surut benar, dirinya mengkhawatirkan banjir susulan. Dikatakan Oman, banjir susulan biasanya terjadi menjelang tengah malam setelah hujan turun sore hingga malam. "Masih untung kalau belum tidur, tetapi kalau sedang tidur bisa-bisa baru sadar setelah badan kerendam," ujarnya. Selain di Kel. Baleendah, sejumlah perkampungan di Ds. Andir, Rancamanya, dan Bojongmalaka. Ketinggian air bervariasi antara mata kaki hingga sebatas lutut orang dewasa. Sementara, di Kp. Bojong Citepus Ds. Cangkuang Kec. Dayeuhkolot yang saat hujan turun deras ketinggian air mencapai 250 centi meter, kemarin terlihat mulai surut. Sejak pagi terlihat warga membersihkan perkampungan untuk menyalurkan air yang tersumbat sampah. Bahkan, di RW 9 desa itu yang selama musim penghujan tahun ini dikenal sebagai daerah paling parah, genangan air mulai surut. "Memang di sebagian besar daerah genangan, air mulai surut. Tapi, masih banyak warga yang tetap bertahan di tempat pengungsian atau rumah saudaranya karena rumah mereka masih penuh lumpur," ujar Umar (27). Dikatakan Umar, selain rumah warga masih banyak dipenuhi lumpur, warga belum mau kembali karena masih ragu-ragu khawatir banjir datang lagi. Bahkan, sejumlah warga di dekat bantaran anak Sungai Citarum dibiarkan begitu saja. Butuh karbol Sementara itu, warga yang memilih kembali ke rumah menyatakan, sangat membutuhkan karbol untuk digunakan saat membersihkan rumah dari lumpur. Selain itu, warga juga mengaku keku- rangan air bersih untuk mandi, cuci, dan memasak. "Sebagian warga sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Namun, mereka kesulitan memperoleh karbol untuk membersihkan rumah mereka agar bebas dari kuman penyakit," jelas Marwan, salah seorang warga Kp. Cangkuang Kulon Desa Dayeuhkolot, Kec. Dayeuhkolot Kab. Bandung. Selain karbol, menurut Marwan warga juga butuh air bersih. Hanya mereka bereuntung mereka bisa mengandalkan air bersih dari PDAM , meski terbatas dan tersedia pada pagi hari. Selain itu, air bersih disuplai dari pabrik sekitar perkampungan. "Selain mendapat suplai air bersih dari PDAM kami juga mendapat air bersih dari pabrik sekitar sini," ujar Ny. Nani (38) salah seorang warga Kp. Palasari, Kel. Pasawahan, Kec. Dayehkolot, Kab. Bandung.(A-87)*** Post Date : 07 April 2005 |