|
Banjir bagi sebagian besar warga masyarakat merupakan musibah yang membikin pusing tujuh keliling. Namun, bagi yang menghadapinya hampir setiap tahun, banjir justru bisa dijadikan sebagai ajang mengais rezeki. Selama hampir dua pekan terakhir, Dharmawan dan Firman selalu berkumpul di depan gapura kampung mereka sepulang sekolah. Sambil membawa perahu atau sampan, mereka sabar menanti setiap orang yang akan masuk permukiman di Kampung Pulau Pandan, Telanaipura, Kota Jambi, Rabu (26/12). Setiap ada yang datang, mereka akan langsung menyambut dan menawarkan jasa perahu. "Mau ke mana, Mbak, ayo saya antar. Pakai perahu saya saja," tutur Dharmawan, sementara Firman dan teman-teman sebaya mereka menawarkan jasa serupa. Kampung mereka diapit oleh Sungai Batanghari dan anak sungainya yang membelok ke arah Barat, sehingga jadilah permukiman ini seperti pulau dalam sebuah kota, yang selalu terendam luapan air Sungai Batanghari pada musim hujan. Ketinggian air pada banjir kali ini sudah mencapai lebih dari 1 meter. Karena itu, mau tidak mau orang harus menggunakan jasa pengayuh perahu dari depan gapura kampung sampai ke rumah mereka masing-masing. Biayanya cukup murah. Sekali antar untuk jarak 50 meter hingga 300 meter, mereka mengeluarkan ongkos Rp 1.000 hingga Rp 3.000. Sebagian besar pengayuh perahu yang menawarkan jasa antar adalah anak-anak di sekolah dasar. Menurut Dharmawan, kemampuan mengayuh perahu sudah dimilikinya sejak kecil. Ia sendiri kerap membantu orangtuanya menjaring ikan di danau dekat rumah. Pada saat banjir seperti sekarang, Dharmawan merasa senang karena dapat memanfaatkan keahliannya untuk memperoleh penghasilan. "Dalam sehari, saya bisa dapat Rp 15.000. Uangnya bisa dipakai buat sekolah dan jajan," tuturnya. Untuk makan Sedangkan Sandy adalah salah satu anak putus sekolah di sana, yang menjual jasa perahu untuk mendukung ekonomi keluarganya. "Hasilnya sebagian dikasihkan ke ibu, untuk beli makanan," ujarnya. Sementara bagi korban banjir di Pulau Pandan, banjir memang membikin repot. Suwarno, warga setempat, harus repot memindahkan ke lantai atas seluruh perabot di lantai bawah rumahnya. "Di lantai bawah ada dapur dan kamar, semua barang terpaksa kami ungsikan ke atas karena banjir," tuturnya. Sebagian warga di Pulau Pandan memang telah menyiapkan perahu sebagai antisipasi banjir. Beberapa waktu sebelum musim hujan, mereka mengecek kondisi perahunya yang disimpan di bawah rumah panggung. Adapun yang tidak memiliki terpaksa memanfaatkan jasa pengayuh perahu. (ITA) Post Date : 27 Desember 2007 |