|
GUNUNGKIDUL - Air bersih masih menjadi persoalan yang belum terpecahkan di Gunungkidul hingga saat ini. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul masih terus mencari alternatif pemecahan, termasuk memanfaatkan sumber air bawah tanah yang banyak terdapat di kawasan itu. "Meski banyak negara sudah ikut turun tangan, wilayah selatan selalu kesulitan air bersih pada musim kemarau. Masalah air bersih memang masih menjadi persoalan yang belum terpecahkan sampai saat ini," kata Bupati Gunungkidul Suharto, menjelang peresmian pemanfaatan air bawah tanah Gua Plawan di Desa Giricahyo, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul, Sabtu lalu. Pengangkatan air bawah tanah dari Gua Plawan dikerjakan oleh mahasiswa UGM Yogyakarta melalui program kuliah kerja nyata pembelajaran pemberdayaan masyarakat. Air dari kedalaman 107 meter di bawah permukaan air laut itu diangkat dengan pompa yang menggunakan listrik dari panel surya. Dengan debit air sebesar 40 liter per detik, air bawah tanah dari Gua Plawan itu mampu memenuhi kebutuhan 485 jiwa warga Desa Giricahyo dan sekitarnya. Menurut Suharto, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebenarnya telah menerapkan lima pola penanganan untuk mengatasi persoalan air bersih. Pertama, membuat jaringan seperti yang telah dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum, yang telah mampu membangun 32.834 sambungan rumah. Kedua, dengan cara swadaya mandiri, yakni kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam memanfaatkan sumber air yang ada. Kemudian membangun bak-bak penampungan air di setiap rumah. Keempat, melakukan pengiriman air bersih dengan menggunakan mobil tangki ke kawasan yang kekurangan air bersih pada musim kemarau. "Kelima, dengan gerakan penghijauan, diharapkan akan menambah sumber air," katanya. Meski banyak cara yang ditempuh, Suharto melanjutkan, kebutuhan air bersih bagi warga, khususnya pada musim kemarau, belum terpecahkan. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul hingga saat ini masih mencari berbagai alternatif untuk memanfaatkan air bawah tanah seperti di Goa Bribin dan Baron. Di Gunungkidul, sumber air bersih sebenarnya sangat melimpah, tapi berada jauh di bawah permukaan tanah melalui jalur-jalur sungai bawah tanah. Untuk mengangkat air bersih dari sungai bawah tanah itu, dibutuhkan dana besar sehingga perlu uluran tangan pemerintah pusat bahkan pihak asing, seperti pemanfaatan air bawah tanah di Gua Bribin yang hingga kini masih dalam tahap penyelesaian. Menurut Suharto, pemerintah daerah kabupaten sebenarnya telah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk membangun jaringan air bersih melalui APBD. Setiap tahunnya, disediakan anggaran sekitar Rp 300 juta untuk program jaringan air bersih ini. HERU CN Post Date : 21 Juli 2008 |