|
MUARA TEWEH, BPOST - Walaupun di daerah Kabupaten Murung Raya (Mura), Kalteng, mulai berangsur-angsur surut, namun banjir di Kabupaten Barito Utara (Barut) belum ada tanda akan surut. Ketinggian air saat ini sudah mecapai satu hingga dua meter setengah. Warga korban banjir di Kecamatan Teweh Tengah, meliputi Kelurahan Melayu, Lanjas, Jambu dan Desa Malawaken, mulai kesulitan mendapatkan air bersih, distribusi air PDAM yang selama ini hanya dua hari sekali, kini sama sekali sudah terhenti untuk daerah yang terendam banjir. Sebagian warga yang masih bertahan di rumah-rumah mereka, mengaku saat ini tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk mandi, terpaksa menggunakan air sungai yang kotor. Sedangkan air minum terpaksa menghemat persediaan tiga hari yang lalu. “Air bersih sudah mau habis, jadi kita gunakan untuk kerperluan memasak dan minum saja, untuk mandi menggunakan air banjir saja,” kata Mama Abay warga Jalan Perwira, Kelurahan Melayu yang memilih bertahan di lantai dua rumah mereka. Mereka sebenarnya takut mandi dengan air banjir, sebab penyakit gatalan atau kutu air dipastikan akan mengancam. Karena, air di bawah rumah yang penuh sampah dan kotoran sudah bercampur air sungai. Hendra, warga di Kelurahan Jambu, seberang Kota Muara Teweh mengatakan, mereka sudah kehabisan air bersih. Untuk keperluan memasak dan minum, terpaksa mereka mengunakan air Sungai Barito. “Kita naik perahu mesin ketengah Sungai Barito, untuk mengambil air yang tidak keruh. Tidak ada pilihan lain, sebab untuk ke kota mencari air sudah tidak mungkin, karena jalan sudah terendam banjir, dan memerlukan banyak biaya,” katanya kepada BPost, Minggu (27/4). Hingga hari keempat banjir ini, mereka sama sekali belum menerima bantuan makanan, sedangkan stok bahan makanan mereka juga mulai menipis. Mereka berharap bantuan segera datang. “Kami sudah tidak menyadap karet, karena kebun juga terendam, untuk keperluan makan terpaksa menghemat uang,” pungkasnya.. Dari pantauan, banjir hampir meratakan seluruh permukiman penduduk di kelurahan itu, terutama yang berada di pinggiran sungai. Sebagian warga memilih bertahan di rumah mereka, menjaga perabotan. Sedangkan yang lain sudah mengungsi ke tempat kerabat mereka yang jauh dari jangkauan banjir. Sementara itu, Kepala Dinas Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Politik (Kesbanglinmas- Pol) Barut, Asil Sirait, yang juga anggota Satkorlak-PB mengatakan, pihaknya baru menyalurkan bantuan bahan makanan dan pakaian ke Desa Malawaken. Desa ini merupakan desa yang paling parah dilanda banjir kali ini. (ck7) Post Date : 28 April 2008 |