|
PURWOKERTO - Kepala Bidang Kebersihan dan Penyehatan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas, Lintrik Sujarwo, menyatakan masa pakai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Gunung Tugel, Purwokerto Selatan, sudah habis setahun lalu. Fasilitas dibuat tahun 1984 dan dirancang untuk bisa dipergunakan selama 20 tahun. Walau usia pemakaian lebih lama daripada perhitungan, kata dia sebelum berangkat mengikuti kunjungan kerja DPRD ke Jakarta, kemarin, TPA 3 km di selatan Purwokerto itu belum penuh. Fasilitas itu masih bisa dipergunakan satu-dua tahun lagi. Dia menyatakan ada tiga faktor yang memperpanjang masa pakai. Pertama, pemadatan. Sampah organik yang sudah lama menjadi kompos sehingga lebih padat. Kedua, banyak sampah yang terbakar. Ketiga, pemulung. Sampah anorganik yang tak bisa busuk, antara lain plastik, diambil pemulung. Perbandingan sampah organik dan anorganik 70:30. ''Jadi pemulung berjasa mengurangi volume sampah, sehingga memperpanjang umur TPA,'' katanya. Dia menyatakan belum memiliki gambaran mengenai pengganti TPA Gunung Tugel. Dia juga tak tahu biaya untuk membuat TPA baru karena harus membebaskan tanah dan mencari lokasi yang jauh dari permukiman. Kompos di TPA itu, ujar dia, sangat baik. Dia pernah mengambil dan mencoba untuk tanaman dalam pot dan hasilnya sangat bagus. Dinas Lingkungan Hidup sudah menawarkan ke investor untuk memanfaatkan kompos itu. Milik Pemerintah Dulu ada yang tertarik mengelola, tetapi kemudian tak ada berita lagi. ''Jika kompos diambil, umur TPA bisa lebih lama sehingga tak perlu mencari pengganti.'' Produksi sampah di Banyumas rata-rata 560 m3/hari. Dari sejumlah itu, 315 m3 diangkut ke TPA Gunung Tugel dan sisanya ke TPA Ajibarang, Kaliori, dan Kemutug, Baturraden. TPA Gunung Tugel seluas 5 ha. Lahan itu milik Pemerintah Kabupaten. Menurut perhitungan kasar, sampah yang masuk ke TPA itu sekitar 2,5 juta m3. Beberapa waktu lalu Kepala Dians Lingkungan Hidup Iskandar Arifin mengungkapkan harapan agar sekitar Gunung Tugel tetap jadi kawasan pertanian. Sebab, kondisi kebanyakan lahan miring karena berada di lereng bukit. Memperpanjang umur TPA, kata dia, adalah cara terbaik daripada memindah. Jika pindah sulit mencari lahan. Apalagi masalah sosialnya jauh lebih rumit. Belum tentu pemindahan disetujui warga sekitar lokasi yang dipilih jadi TPA. (bd-53) Post Date : 06 Desember 2005 |