|
Hanya beberapa hari sebelum peringatan Hari Air Sedunia pada 22 Maret lalu, Pemerintah Daerah DKI menyatakan tengah mempersiapkan peraturan daerah mengenai kewajiban setiap rumah tangga mengelola limbah cairnya (Kompas, 17 Maret 2005). Tujuannya, untuk mengurangi pencemaran air sungai dan air tanah. Tetapi sebenarnya bukan hanya itu, bila dikaitkan dengan peringatan Hari Air Sedunia yang mengambil tema Water for Life, perda itu nantinya juga bermanfaat untuk tujuan penghematan konsumsi air. Bagi sebagian masyarakat yang hidup berkelimpahan air, penghematan air tentu bukan hal penting. Kesadaran untuk menghemat air baru muncul bila suatu saat masyarakat merasakan sendiri bagaimana hidup terpaksa menggunakan air kurang layak untuk air minum. Rasanya tepat bila tidak hanya industri yang wajib mengelola limbahnya. Limbah industri memang mengandung zat-zat yang lebih berbahaya daripada limbah rumah tangga. Namun, bila ditengok bahwa jumlah rumah tangga jauh lebih banyak daripada industri, penghematan air dalam rumah tangga akan memberikan kontribusi yang sangat signifikan. Air di sekitar kita Kebutuhan air bersih dalam rumah tangga dapat dibedakan menjadi: air minum/memasak dan untuk keperluan selain minum/memasak. Meski sama- sama berupa air bersih, persyaratan air untuk minum dan memasak lebih tinggi. Air bersih diperoleh dari air tanah/sumur atau dari Perusahaan Air Minum (PAM). Selain sumur/PAM, pada musim hujan juga tersedia air hujan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan menyiram tanaman di dalam rumah, mengepel lantai, mengguyur toilet, dan mengganti air kolam. Selain ditampung dalam bak penampungan air hujan, air hujan juga dapat sengaja diresapkan dalam tanah agar mengisi sumber air tanah bagi sumur kita. Caranya tentu dengan menyediakan area terbuka yang mencukupi. Kebiasaan melapisi tanah dengan perkerasan, seperti paving block atau cor semen di ruang terbuka, bukanlah hal positif. Halaman yang ditanami rumput dan pepohonan akan lebih baik menyimpan air. Memanfaatkan greywater Limbah rumah tangga dibedakan menjadi dua, blackwater (limbah dari WC) dan greywater (limbah selain dari WC). Beberapa ahli sanitasi menambahkan bahwa yang termasuk blackwater sebenarnya tidak hanya limbah WC, tetapi juga limbah dapur yang mengandung minyak (Pearson, 1988), yang oleh Ludwig (2000) dikategorikan sebagai dark greywater. Ludwig juga menambahkan satu kategori lagi untuk limbah tetesan AC dan kulkas sebagai clearwater. Dalam kehidupan sehari-hari, clearwater umumnya tidak berjumlah banyak, terutama dari kulkas, sehingga sulit diolah untuk dimanfaatkan kembali. Tetesan AC jumlahnya sedikit lebih banyak dan bila ditampung dalam wadah dapat langsung digunakan untuk keperluan bersih-bersih, misalnya cuci piring atau pakaian. Selain menggunakan air bersih, air hujan, dan clearwater, aktivitas rumah tangga juga dimungkinkan menggunakan olahan greywater, terutama air bekas mandi dan wastafel, yang umumnya tidak mengandung detergen dan desinfektan. Agar greywater dapat diolah, saluran limbahnya perlu dipisahkan dari blackwater. Pada rumah tangga, umumnya kedua limbah itu tersalur dalam satu pemipaan menuju septic tank. Karena mahalnya peralatan penjernih air, pemrosesan greywater lebih mungkin dilakukan oleh rumah tangga yang secara finansial tercukupi. Selain dengan peralatan water treatment yang canggih, greywater sebenarnya dapat diolah secara sederhana dengan septic tank tiga ruang, kemudian dialirkan dalam bak tanaman untuk penyaringan selanjutnya. Tanaman dalam bak tumbuh di atas lapisan yang secara berurutan tersusun dari (atas ke bawah): tanah, lapisan geotextile, pasir, kerikil, dan batu. Penelitian di negara maju menunjukkan bahwa greywater yang telah diolah dapat digunakan untuk menyiram halaman, mengepel lantai, mencuci mobil, atau mengguyur kloset. Penghematan dari aktivitas utama Aktivitas rumah tangga yang terbanyak menggunakan air adalah mandi dan buang air (lebih dari 60 persen kebutuhan air), disusul bersih-bersih yang mencapai 25 persen. Model mandi dengan shower (semprot) ternyata lebih menghemat air dibandingkan dengan menggunakan gayung dan bak mandi. Penggunaan shower dinilai lebih hemat karena dapat dimatikan saat menyabun, tidak perlu ada proses penggantian air (pengurasan) dan tidak ada rembes karena tanpa bak. Mandi dengan bak tidur (bathtub) adalah model mandi yang paling memboroskan air. Oleh karena itu, mereka yang menyukai model mandi seperti ini disarankan untuk tidak melakukannya setiap hari. Kloset dengan kotak air juga merupakan sumber pemborosan. Banyak dijumpai kloset dengan kotak air yang cukup besar dan membutuhkan sampai 9 liter air hanya untuk sekali guyur. Penghematan dapat dilakukan dengan memasukkan botol berisi air atau kerikil ke dalam kotak sehingga volume air berkurang. Melalui sistem trial and error akan ditemukan jumlah air yang pas untuk keperluan menggelontor kloset dengan baik. Peletakan botol-botol ini juga agar tidak mengganggu proses kerja peralatan di dalam kotak. Penghematan lainnya dapat dipraktikkan saat menggunakan mesin cuci, yaitu hanya mencuci sesuai dengan kapasitas maksimal yang diizinkan. Sebuah mesin cuci bisa membutuhkan sampai 50 liter air hanya untuk sekali putaran (satu kali kerja biasanya terdiri dari tiga putaran). Untuk kendaraan, membersihkan dengan cara mengelap saja akan lebih hemat. Pembersihan total hanya perlu dilakukan sekali waktu bila kendaraan dalam kondisi sangat kotor/berlumpur. Mereka yang gemar menyiram tanaman, ada baiknya tidak menyiram tanaman selama berjam-jam hanya karena menikmati suasananya. Menyiram dengan menggunakan gembor (ember penyiram) akan lebih hemat daripada memakai selang dengan aliran air yang kencang. Penghematan lain dapat dilakukan dengan mencegah rembesan bak kamar mandi. Rembesan yang selain memboroskan air juga menyebabkan udara lembab dan tidak sehat itu lebih mudah terjadi pada bak yang menggunakan bahan semen atau keramik. Rembesan umum terjadi pada nat (pertemuan antarkeramik). Tidak kalah pentingnya adalah merawat keran-keran air tidak bocor dan hanya mengalirkan air secukupnya saja. Keran yang terus meneteskan air dapat membuang lebih dari 50 liter air sehari. Lebih dari itu, jagalah agar keran tidak mengisi bak secara berlebihan sampai air tumpah. Ada baiknya membuka keran air kecil saja jika akan meninggalkan rumah atau pada malam hari sehingga tidak banyak air terbuang percuma. Christina E Mediastika Praktisi dan Dosen Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta Post Date : 21 Juli 2005 |