|
BELAKANGAN ini, bisnis air minum isi ulang di wilayah Grobogan kian marak. Hampir di sebagian sudut kota banyak dijumpai depo air minum isi ulang. Selain layanan air bersih untuk kebutuhan masyarakat itu lebih praktis, maraknya bisnis tersebut juga terkait dengan kurangnya persediaan air bersih berkualitas. Sebagian warga menilai, kualitas air di Grobogan kurang bagus karena kadar kapurnya dirasa cukup tinggi. "Wah saya tidak berani membeli minuman sembarangan karena takut terkena batu ginjal. Jika terpaksa, saya membeli minuman dalam kemasan," kata Tari, warga Desa/ Kecamatan Gabus, Grobogan ini. Dari pantauan di lapangan, jumlah depo yang aktif menjual air mineral isi ulang kini mencapai puluhan dengan berbagai merek berbeda. Depo tersebut umumnya melayani kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah dengan harga terjangkau. Yaitu Rp 3.000/galon dan Rp 2.500/jerigen. Harga tersebut jauh lebih murah dibandingkan dengan harga air minuman mineral bermerek terkenal. "Pasar kami berasal dari masyarakat kelas menengah ke bawah. Dalam sehari, kami bisa menjual sekitar 50 galon," kata Budi Irawan, pemilik depo air minum isi ulang Tirta Jaya. Beberapa perusahaan air minum itu mengambil air dari sumber air pegunungan di Ungaran, Kabupaten Semarang. Air dibawa dengan mobil tangki, kemudian diolah dengan peralatan khusus di depo tersebut. "Tiga hari sekali kami mendatangkan air dari Ungaran sebanyak 5.000 liter," kata Budi. Namun, banyaknya perusahaan yang bergerak di bisnis tersebut menyebabkan persaingan juga makin ketat. "Sekarang ini, pesaingnya bertambah banyak. Berbeda dengan dua tahun lalu. Saat itu, orang yang berbinis air masih relatif sedikit. Maka, salah satu upaya kami agar tetap eksis adalah menjaga kualitas air yang dijual," terangnya. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Grobogan dokter gigi Palti Siregar MKes menilai positif adanya depo air minum isi ulang tersebut. Sebab, keberadaan usaha tersebut sangat membantu masyarakat. Meski demikian, pihaknya meminta kepada pemilik depo agar menjaga kualitas air dengan cara memeriksakan kualitasnya setiap bulan. Berdasarkan literatur yang ada, standar kesehatan yang perlu diperhatikan mencakup beberapa aspek. Antara lain aspek prasarana, sumber daya manusia (SDM), proses pembuatan, dan produk yang dihasilkan. Selain itu aspek fisik, bakteriologi, dan aspek kimiawi juga termasuk di dalamnya. (Aris Mulyawan-56d) Post Date : 16 Juli 2005 |