|
KEDIRI- Kemarau panjang membuat ancaman kekeringan mulai meluas di Kabupaten Kediri. Yang mulai merasakan bukan hanya daerah terpencil saja. Wilayah yang mudah terjangkau kendaraan umum pun mengalaminya. Sampai-sampai warga harus rela berbagi air mandi dengan hewan ternak piaraannya. Contohnya di Dusun Sukorejo Lor, Desa Tarokan, Kecamatan Tarokan. Warga yang berada di dusun yang hanya berjarak dua kilometer dari jalan raya Kediri-Nganjuk ini mengaku sudah mengalami sulit air. Untuk kebutuhan sehari-hari warga harus mengambil air dari sumber yang berjarak 200 meter dari rumah mereka. Ironisnya, tiga sumber air itu juga mulai menyusut. Bahkan, sebenarnya juga tidak layak digunakan oleh manusia karena tidak terlalu bersih. Karena itu, hanya satu sumur yang digunakan untuk kebutuhan minum warga. Sisanya hanya bisa digunakan untuk mandi. "Tapi, kami harus ngelerem (mendiamkan) setengah hari. Biar kotorannya turun ke bawah (mengendap, red)," tutur Agus, 11, bocah setempat yang sedang mengambil air dari sumur tersebut. Karena sumber yang mengucur kecil, warga, terang Agus, hanya berani mandi sehari sekali. Dan lebih ironis lagi, Agus mengaku kadangkala harus mandi bersama sapi yang banyak ada di dusunnya. Perkataan Agus itu terbukti dari banyaknya kotoran sapi yang ada di sekitar sumber tersebut. Damuri, 34, warga lainnya yang juga sedang mengambil air untuk minum dua sapinya, mengatakan kesulitan air hanya dialami 23 KK yang kebetulan lokasinya terpisah dari penduduk lain. "Kalau yang lain dapat aliran air langsung ke rumah," ungkapnya. Damuri mengaku heran tidak mendapatkan air seperti desa lainnya. Padahal mereka juga ikut kerja bakti. "Ya..semoga ada yang bisa membantu," harapnya. Selama ini Damuri mengaku sangat kesulitan saat mencari air. Untung saja, ada peternakan ayam yang mau membagi air ke masyarakat. Penggunaannya pun bebas menggunakan tanpa membayar. Itupun, Damuri harus berjalan sejauh 500 meter. Jika seluruh sumber air ini mulai kering, Damuri mengaku harus mencari air sampai tiga kilometer jauhnya. Hingga ke daerah perbatasan dengan Kabupaten Nganjuk. "Biasanya kalau pergi bareng-bareng dengan warga lainnya," ungkapnya. Kenapa tidak minta warga di desa terdekat? "Tidak apa-apa. Nggak enak," ucapnya. Biasanya kekeringan akan mencapai puncaknya pada pertengahan Oktober hingga awal november. Sementara bantuan dari pemerintah berupa droping air belum pernah dijumpainya. Sementara itu, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) Pemkab Kediri, Sigit Rahardjo, menegaskan bahwa bagi daerah yang rawan kesulitan air akan mendapatkan dropping air. "Jika ada yang belum mendapat droping kami minta lapor ke pemkab. Ditujukan kepada Bupati. Nanti akan diusahakan," tegasnya. Sementara jika sudah tercatat maka warga diharapkan sabar menunggu. Sekadar diketahui, sejak seminggu lalu, pemkab telah mengucurkan 36.630 liter atau 38 rit untuk 871 KK atau 3.994 jiwa. Air tersebut dikucurkan di Dusun Bulakan di Desa Tarokan, Kecamatan Tarokan, Dusun Gunung Buthak, di Desa Tarokan, Kecamatan Tarokan. Sementara Desa Sukorejo Lor belum masuk dalam penerima dropping. (dea) Post Date : 25 September 2006 |