Mandi dan Masak dengan Air Keruh

Sumber:Suara Merdeka - 25 September 2012
Kategori:Sanitasi
AZAN Subuh baru saja berkumandang. Usai berjamaah baik di rumah maupun di masjid, warga yang tinggal di Kampung Rejosari, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang pun memulai aktivitasnya masing-masing.
 
Dengan peralatan mandi, sebagian warga keluar rumah dan berjalan menuju ke Kali Babon yang berada di selatan kampung yang ada di dekat Perumahan Bukit Kencana Jaya sejauh 1,5 kilometer.
 
Gemericik aliran sungai terdengar dari di sela-sela batu cadas yang membentuk ukiran bekas garukan ekskavator. Riuh dan tawa menjadi pemandangan warga pagi itu. Ada yang mandi, mencuci maupun sekadar mengambil air. Kesibukan setiap pagi di sungai yang mengalir dari wilayah Kabupaten Semarang itu bahkan terjadi pada musim kemarau yang melanda setiap tahunnya.
 
”Semua sumur milik warga mengering, meski telah dikeduk lagi, tetap saja tidak ada air. Sebagian besar warga selama musim kemarau ini mandi, mencuci dan masak mengambil air dari Kali Babon yang memang keruh. Karena, selalu kekurangan air bersih, air keruh pun terpaksa digunakan,” tutur Suroso (44) Ketua RW 10 Kampung Rejosari, ditemui di rumahnya, kemarin.
 
Dengan jumlah penduduk sekitar 1.600 jiwa yang terbagi dalam 240 kepala keluarga (KK), kebutuhan air bersih untuk rumah tangga menjadi sangat penting. Bahkan menurut bapak dua anak itu ibarat ruh. Sehingga, ketika tidak ada air bersih, Kali Babon dan satu-satunya sumur dengan air yang keruh di tengah ladang pun menjadi andalan warga.
 
”Upaya pengeboran dengan kedalaman sampai 100 meter  tidak ada hasil.
 
Aliran air melalui pipa bantuan Program Pansimas hanya mengalir sangat kecil, bahkan kalau siang mati. Saya pernah mengajukan ke PDAM, tapi pihak PDAM mengaku secara teknis untuk mengalirkan air ke sini tidak bisa,” papar Suroso.
 
Dengan mayoritas warga yang bekerja sebagai buruh bangunan, kata Suroso, untuk membeli air truk tangki tentu tidak mampu.
 
Ia berharap, pemerintah tidak hanya memberikan bantuan air dengan tangki yang sehari saja habis. Akan tetapi, pemerintah diharapkan membuat sumur artesis dengan kedalaman 200-an meter.
 
Bantuan Mengalir
 
Dan siang itu, Istadiyah (40) warga Kampung Rejosari bersama anaknya terpaksa menimba air berwarna cokelat dari sumur yang ada di tengah ladang pisang yang tidak jauh dari kampung itu.
 
”Kalau untuk sekadar mencuci dan mandi, air dari sumur ini kami gunakan, ya karena tidak ada alternatif lain. Sementara untuk memasak, saya membeli air galon,” katanya.
 
Jika Istadiyah terus membeli air galon untuk memasak, pasangan suami istri, Rasiman (62) dan Marliyah (45) mengaku cukup menggunakan air dari Kali Babon untuk kebutuhan mandi, memasak, mencuci, maupun wudhu. Dalam sehari, mereka bersama-sama mengambil air dari Kali Babon lima hingga delapan kali dengan ember besar yang dipikul.
 
”Lha mau gimana lagi, adanya air ya di sini. Untuk semua kebutuhan rumah tangga terpaksa mengambil air dari Kali Babon. Sumur juga tidak punya. Anak-anak saya yang sekolah pun tiap pagi juga mandi dengan air Kali Babon ini,” katanya saat ditemui di Kali Babon, kemarin.
 
Sementara itu, ancaman kekeringan juga terjadi di wilayah Kecamatan Tembalang.
 
Dari 12 kelurahan yang ada di wilayah itu, tiga diantaranya sudah mengalami kekurangan air. Yakni Rowosari, Meteseh dan Mangunharjo.
 
Camat Tembalang Fravarta Sadman mengatakan, pengedropan air bersih dari Pemerintah Kota Semarang maupun organisasi sosial terus berdatangan ke wilayah itu. Sementara, sebagian warga juga membeli air secara mandiri dan ditampung dalam tandon.
 
”Sejak kemarau ini, warga di Rowosari, Meteseh dan Mangunharjo mulai menghemat air, baik itu yang berasal dari aliran PDAM maupun dari sumber-sumber air yang masuk ke wilayah di tiga kelurahan itu,” katanya.(Muhammad Syukron-72)


Post Date : 25 September 2012