|
SETIAP pagi dan sore terjadi antrean warga di sudut kawasan RT 15 dan 17 RW 17, Lagoa, Koja, Jakarta Utara. Antrean itu bukan di pusat keramaian atau restoran ternama, melainkan untuk masuk toilet. Bagi sebagian orang, aktivitas mandi, cuci, dan kakus (MCK) dapat dilakukan dengan mudah. Tidak begitu adanya bagi warga Lagoa. Di RT 15, terdapat tujuh bilik MCK yang dipergunakan ratusan orang setiap harinya. Sebagian besar warga di RT itu tidak memiliki fasilitas MCK dalam rumah. Menurut Marnun, 51, pengelola MCK, jumlah bilik yang tersedia jauh dari kebutuhan warga. “Penduduk banyak. Satu rumah saja bisa 10 orang. Itulah sebabnya terjadi antrean,” tuturnya. Warga membayar Rp1.000 bagi orang dewasa dan Rp500 untuk anak-anak untuk menggunakan bilik MCK. “Sehari bisa terkumpul Rp40 ribu sampai Rp65 ribu. Uang tersebut saya gunakan untuk membayar tagihan air, listrik, dan biaya perawatan,” sambung Marnun. Tidak berbeda jauh dengan kondisi RT 17. Delapan bilik MCK berjejer memenuhi kebutuhan 400 penghuni. Ketua RT 17 RW 17 Lagoa, Jampang, menyebutkan sebagian besar dari 97 kepala keluarga yang tinggal di wilayahnya tidak memiliki fasilitas MCK di rumah. Warga yang umumnya berprofesi sebagai nelayan memiliki penghasilan rendah. “Ada juga yang mampu punya kamar mandi, tapi sedikit,” terang Jampang. Berbeda dengan RT 15, tarif masuk MCK di RT 17 tidak ditentukan. Hanya sumbangan seikhlasnya untuk biaya listrik, air maupun perawatan MCK. Setiap pagi dan sore, pengguna MCK menumpuk hingga tidak jarang antrean mengular panjang. Apalagi bila warga dari RT maupun RW lain ikut menggunakan fasilitas MCK, antrean menjadi sangat melelahkan dan membuat warga yang sudah kebelet menjadi gelisah. Jampang telah mengusulkan kepada Kelurahan Koja untuk menambah fasilitas MCK. “Tapi alasan kelurahan, tidak ada lahan untuk mendirikan MCK,” imbuhnya. Kemarin, Ormas Nasional Demokrat merenovasi fasilitas MCK yang terletak di Lagoa dan Rawa Badak Utara, Tanjung Priok. Renovasi tersebut diharapkan dapat memperlancar warga menggunakan MCK. Menurut Lurah Lagoa, Sri Suhartini, fasilitas MCK yang ada sebenarnya masih memadai bagi warga. “Kalau harus ditambah, terbentur lahan. Yang lebih penting adalah memperbaiki dan merawat sarana yang ada,” katanya. Itulah Jakarta, di balik gemerlap gedunggedung tinggi, MCK masih menjadi barang mahal. (Nat/J-1) Post Date : 29 Agustus 2012 |