|
Jakarta Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menilai benyaknya konflik antara pengelola tempat pembuangan akhir (TPA) dan masyarakat di sekitarnya akibat system pengelolaan sampah tidak baik. Selama ini pengelolaan sampah tidak serius dan manajemennya buruk, ujar Direktur Eksekutif Walhi Chalid Muhammad kepada Tempo akhir pekan lalu. Chalid mengatakan, system pengelolaan yang buruk tersebut terlihat dari menumpuknya berbagai jenis sampah di TPA. Menurut dia, hal ini membuat beban TPA berlebih sehingga pengelolaanya tidak baik dan menimbulkan efek negative bagi lingkungan sekitarnya, termasuk pencemaran air tanah. Jika manajemen sampahnya baik, kata Chalid, sampah organic seharusnya diolah di tingkat penampungan sampah pertama. Dengan begitu, jumlah sampah yang dibawa ke TPA akan berkurang. Chalid optimis, jika jumlah sampah yang dibawa ke TPA berkurang, konflik TPA dengan masyarakat sekitarnya juga menurun. Chalid juga mengkritik system pengangkutan sampah yang dinilainya tidak mendukung kebijakan pemilahan sampah organik dan nonorganik. Menurut Kepala Bidang Pengelolaan Sampah Kementrian Lingkungan Hidup Sony L. Bangun, pihaknya berencana mengubah fungsi TPA dari penampungan sampah menjadi penampungan residu sampah. Jadi hanya untuk sampah yang karena sifat dan bahannya benar-benar tidak bisa dimanfaatkan lagi,ujarnya. Sementara itu, untuk sampah domestik yang masih bisa dibuat kompos dan didaur ulang, kata Sony, akan diolah di tempat pembuangan sampah sementara di daerah perumahan atau pasar. Sony mengatakan, untuk mencapai hal itu akan ada perubahan rantai pengelolaan sampah. Untuk bisa melaksanakan semua itu, Sony mengatakan, pihaknya memerlukan kekuatan hukum dalam bentuk undang-undang sampah yang diharapkan bisa disetujui DPR pada 2006. Jika itu terjadi, pada 2007 peraturan operasionalnya sudah bisa dikeluarkan, ujar Sony. OKTAMANDJAYA WIGUNA Post Date : 17 Oktober 2005 |