|
Penggantian meter air Melihat kondisi meter air yang terpasang dan usianya kebanyakan di atas 5 tahun, akurasi peneraan tahun 2002 menggambarkan 48% meter air pelanggan tidak akurat, yang merugikan PDAM (55,17%) lebih tinggi dibanding yang merugikan pelanggan (27,59%). Berdasarkan hal ini dilakukan program penggantian meter air. Prioritas penggantian meter air pelanggan yaitu meter mati, rusak, buram dan berdasarkan hasil kalibrasi yang memiliki penyimpangan yang tinggi dan yang rendah sekalipun. Setelah dilakukan penggantian meter air, sekitar 60,7% konsumsi meningkat dan 39,3% konsumsi menurun dan secara rata-rata total peningkatan air terjual dengan penggantian meter air sekitar 7,25%. Di dalam program penggantian meter ini juga termasuk pemasangan meter induk pada instalasi, yang semula hanya dengan perhitungan kapasitas pompa. Meter induk yang rusak diganti dengan jenis meter elektromagnetik, ultrasonik dan turbin water meter, dan secara berkala dilakukan peneraan meter induk. Dengan penggantian meter induk ini perhitungan air yang didistribusikan dengan hanya memakai pompa dan alat Thomson jauh lebih tinggi dibanding pencatatan setelah penggantian meter. Sehingga dengan penggantian meter induk ini dapat menekan kehilangan air. Pencarian sambungan illegal Dari pemantauan terhadap sambungan ilegal antara lain disebabkan karena pemutusan sambungan rumah, sambungan ilegal yang akibat kerjasama dengan karyawan PDAM, dan sambungan ilegal betul betul karena disambung dengan tidak melalui proses dari PDAM. Dari hasil pencarian sambungan ilegal ini diperoleh bahwa ada perintah diputus ternyata tidak diputus dan ada yang disambung sendiri oleh pemilik rumah. Sambungan ilegal yang dilakukan oknum. karyawan penanganannya dengan tindakan terhadap karyawan yang bersangkutan dipecat, diberi peringatan dan turun jabatan. Ini dilakukan sebagai punishment, dan sebagai contoh bagi karyawan lain sehingga tidak berbuat yang sama. Perbaikan pembacaan meter Kegiatan yang dilakukan adalah diawali dengan memberi motivasi kepada pembaca meter bahwa mereka adalah ujung tombak perusahaan yang menentukan hasil yang paling baik bagi perusahaan, sehingga mereka akan termotivasi untuk bekerja secara baik dan benar. Melakukan rotasi/mutasi pembaca meter, sehingga, kesempatan untuk membuat kesepakatan yang tidak baik dengan pelanggan menjadi kecil, karena pembaca meter tidak terlalu lama dalam satu daerah yang sama. Melakukan sosialisasi kepada pelanggan yang rumahnya selalu terkunci/kosong untuk memberikan data pemakaian air. Penggunaan hand terminal untuk pembacaan meter, dan juga dilakukan outsourcing pembacaan meter. PDAM Kabupaten Bogor, dengan kiat yang dilakukan tidak hanya mendapatkan hasil penurunan tingkat kehilangan air tapi memperoleh perbaikan secara menyeluruh dalam operasi PDAM. Yang dapat dirasakan perubahan baik oleh pelanggan maupun perusahaan antara lain: pengaliran air ke tempat pelanggan menjadi lebih baik (97%), mengalir 24 jam, komplain pelanggan menurun, peningkatan air terjual dan pendapatan air naik, penurunan biaya operasional, dan terjadi efisiensi biaya produksi, biaya listrik dan bahan kimia. Yang paling menonjol adalah menurunnya ATR (Air Tak Berekening) pada awal program tahun 2003 sebesar 48,8 1 % dan pada tahun 2006 menjadi 33,7 1 %. Ini merupakan penurunan yang signifikan selama 4 tahun pelaksanaan program dengan biaya jauh di bawah perhitungan awal oleh konsultan. Pada awalnya diperkirakan biaya akan mencapai 21 miliar, dalam realisasi pelaksanaan biaya dapat dihemat menjadi hanya sekitar 3 miliar dan ini merupakan biaya rutin dalam program perbaikan rutin fasilitas yang ada setiap tahunnya. Dan selanjutnya PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor telah pula menyusun program dan target penurunan tingkat kehilangan air untuk 5 tahun mendatang. Sudah pasti ini merupakan target yang disepakati bersama mulai dari top manajemen dan seluruh staf pelaksana, dengan komitmen yang tinggi dan dukungan dari pihak internal dan eksternal pengambil kebijakan. Kesimpulan Dari uraian di atas dapat diambil satu gambaran dalam penanganan penurunan tingkat kehilangan air, apa yang menyebabkan tidak berhasil dan apa yang membuat beberapa PDAM berhasil dalam program penurunan tingkat kehilangan air di PDAM sejauh ini. Kegagalan bisa terjadi akibat utama adalah tidak adanya komitmen dari manajemen terhadap target yang ditetapkan. Kurangnya dukungan karyawan dan stakeholder dalam melaksanakan program, terlalu banyak teori yang diperoleh sehingga membingungkan untuk memulai program, terlalu khawatir terhadap perhitungan biaya yang akan dikeluarkan untuk mendukung program, merencanakan tetapi tak pernah melaksanakan di lapangan dan mengakhiri program secara tuntas. Keberhasilan dari PDAM dalam menurunan tingkat kehilangan airnya dari contoh yang dikemukakan di atas antara lain adalah: 1.Membuat perencanaan dengan konsep yang matang dalam jangka pendek dan jangka panjang dalam program penurunan kehilangan air yang disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang ada pada PDAM. 2.Komitmen mulai dari top manajemen (direksi) dan seluruh staf pelaksana baik di bidang teknik maupun administrasi bahwa program ini adalah program bersama, serta dukungan dari stake holder. 3.Seluruh tahapan program dilaksanakan secara konsekuen dan tuntas sesuai tahapan sampai mendapatkan hasil yang diharapkan. 4.Perlu memiliki personil yang mampu melaksanakan program yang terkait dalam bidang masing masing. 5.Mencari terobosan dalam mendapatkan dana dan strategi penyusunan anggaran yang dikaitkan dengan perbaikan rutin fasilitas yang ada, sehingga mengurangi pengeluaran khusus yang seolah olah tertuju pada program khusus kehilangan air semata. 6.Dalam operasi rutin zoning diperlukan pengontrolan dan evaluasi yang terus menerus sehingga nilai kehilangan air yang sudah turun tidak naik kembali. Penutup Sebagai penutup dapat kami sampaikan bahwa program penurunan tingkat kehilangan air sama dengan melaksanakan manajemen di bidang lainnya, apa yang dikenal dengan istilah di dalam manajemen perencanaan, operasional/pelaksanaan, evaluasi, monitoring/control, yang dilaksanakan secara terus menerus dengan mempergunakan SOP secara konsekuen. Tanpa tahapan manajemen ini maka permasalahan kehilangan air di PDAM tidak akan pernah teratasi. Walau dilakukan berbagai langkah dari berbagai pihak dan institusi pembuat kebijakan untuk PDAM dan dari lembaga donor yang membantu memberikan sistem dan cara cara penurunan tingkat kehilangan air yang sudah dikembangkan di negara maju. Kuncinya terletak pada komitmen di dalam PDAM sendiri mulai dari Top Manajemen sampai staf pelaksana untuk mencapai target yang disepakati dan melaksanakan dengan tuntas terhadap tahapan yang sudah diprogramkan. Dan yang tidak kalah pentingnya dukungan dari stakholder. Demikian kami susun tulisan ini mudah mudahan dapat membuka cakrawala dalam memahami permasalahan penuruman tingkat kehilangan air di Indonesia. Kami mengajak bapak/ibu membagi pengalaman dalam menjalankan program penuruman tingkat kehilangan air di PDAM masing-masing, bagaimana programnya, apa keberhasilan dan kendala yang dihadapi. Mari kita berbagi pengalaman dan saling memberi masukan bahkan pertanyaan-pertanyaan dalam program penurunan tingkat kehilangan air ini. Silakan kirim tulisan ke Perpamsi dengan mencantumkan topik: Kiat penurunan tingkat kehilangan air di PDAM kami. Terimakasih. oleh Ir. Sukmayeni.Sy., M.M. Kepala Litbang Perpamsi Post Date : 31 Oktober 2007 |