|
Tingkat Kehilangan Air yang di produksi dan kemudian didistribusikan ke pelanggan oleh PDAM Merupakan masalah yang tidak pernah habis habisnya untuk dibicarakan baik oleh pengelola maupun oleh para pengambil kebijakan dalam bidang air minum. Ini disebabkan permasalahan tersebut tidak pernah selesai sampai tuntas, sehingga tingkat kehilangan air di PDAM belum dapat mencapai standart yang pernah di tetapkan diIndonesia yaitu sebesar maksimal 20 %. Dalam kondisi seperti ini timbul pertanyaan di mana letak kesalahan, apakah sistem yang dipergunakan ataukah semua teori teori yang disampaikan oleh para pakar tidak bisa diterapkan di lapangan. Ataukah pelaksanaan program penurunan tingkat kehilangan air belum merupakan komitmen bersama dari tingkat manajemen pelaksana sampai ke tingkat top management di PDAM. Namun masih ada beberapa PDAM yang berhasil menurunkan tingkat kehilangan air. Apa yang dilakukan? Hal ini lah yang perlu kita kaji dan analisa kunci persoalannya. Pengertian kehilangan air Kehilangan air (Non Revenue Water) dapat diartikan sebagai perbedaan yang tercatat atau selisih antara air yang di produksi dan masuk kedalam sistem dengan jumlah air yang tercatat pada meter pelanggan. Dengan pengertian tersebut, hilangnya sejumlah air yang dapat terjadi karena keluar dari sistim tanpa dipergunakan atau tidak tercatatnya penggunaan air karena berbagai sebab. Kehilangan air berdasarkan penyebabnya dapat diklasifikasikan merupakan kehilangan air secara fisik dan kehilangan non fisik. Kehilangan fisik (physical losses) adalah kehilangan yang disebabkan adanya kebocoran yang terjadi pada komponen sistem, pada reservoir, pada pipa baik distribusi maupun transmisi, atau pada sambungan rumah. Kehilangan non fisik (nonphysical losses) adalah kehilangan air yang secara fisik tidak terlihat tapi dapat diketahui dari perhitungan dan catatan jumlah air yang didistribusikan kepada pelanggan. Semua mencakup berbagai kesalahan dan kelemahan administrasi dan manajemen serta perlengkapan sistem, di antaranya kesalahan pembacaan dan pencatatan meter (produksi dan pelanggan), pemakaian air tanpa meter, pemakaian air tidak dibayar, sambungan liar dan pencurian air, pemakaian dengan perkiraan,dan kesalahan pada administrasi rekening, sehingga air dipakai tetapi tidak tercatat dalam rekening. Kegiatan yang tak pernah henti untuk program penurunan kehilangan air Dari catatan yang kami himpun, kegiatan penurunan tingkat kehilangan air sudah berjalan terus menerus yang dilakukan oleh Perpamsi maupun instansi terkait lainnya. Perpamsi pernah melakukan workshop program penurunan tingkat kehilangan air pada talum 1991, yang menampilkan beberapa PDAM yang telah melakukan program penurunan tingkat kehilangan air dengan sistem atau model yang berbeda beda antara satu dan lainnya pada waktu itu. Kebanyakan model model yang ditampilkan difokuskan kepada penanggulangan kehilangan air secara fisik Namun pelaksanaan program itu baru sebatas uji coba atau studi sistem penurunan tingkat kehilangan air pada masing masing PDAM, belum merupakan program yang berkelanjutan. Hanya ingin mengetahui sistem yang tepat untuk menurunkan tingkat kehilangan air di PDAM mereka. Sebagai contoh yang dikemukakan di dalam workshop tersebut, PDAM Kota Medan, Jambi, Palembang, Jakarta, Bandung dan Surabaya untuk menurunkan tingkat kehilangan air mengembangkan model blok sistem, dengan membuat zona atau blok observasi dan renovasi, walaupun dengan jumlah sambungan rumah yang berbeda pada masing-masing zona, namun mempunyai dasar yang sama. Berbeda dengan PDAM Kota Bogor yang mengembangkan model penanganan langsung dari rumah ke rumah (house to house survey and rehabilitation) karena mereka berasumsi bahwa jaringan distribusi kecil atau jaringan serabut berpotensi tinggi menyumbang dalam kehilangan air.Bagian yang menjadi sasaran penelitian adalah saluran penyambung (house conection pipe), meter air, pipa dinas, dan saluran distribusi utama, dengan mempergunakan alat bantu yang cocok. Dan dari penelitian juga temyata pada pipa yang berumur lebih dari 20 tahun sangat besar menyumbang kehilangan air. Dan sekarang setelah lebih dari 10 tahun dari masa uji coba, namun kehilangan air dari beberapa PDAM tersebut masih belum mencapai standar yang diharapkan yaitu di bawah 20%. Pada pengamatan kami dari laporan yang di sampaikan di dalam buku Direktori Perpamsi tahun 2006.Dari perkembangan ini dapat dilihat bahwa penurunan tingkat kehilangan air PDAM PDAM tersebut belum mencapai penurunan yang signifikan, kecuali PDAM Tirtanadi Medan yang mencapai 2 1 %, mendekati standar yang diharapkan yaitu sebesar 20%. Ini perlu informasi lebih lanjut bagaimana PDAM Tirtanadi Medan dapat mencapai hal tersebut. Euro Promocap Iwat project Proyek ini merupakan bantuan dari European Union, melalui Perpamsi membantu program penurunan tingkat kehilangan air di empat PDAM yaitu PDAM Palembang, PDAM Kota Makasar, PDAM Banjarmasin dan PDAM Manado, sebagai pilot yang dapat dikembangkan lebih lanjut ke PDAM lainnya jika sistem yang dilakukan berhasil membantu PDAM menurunkan tingkat kehilangan air. Yang dilaksanakan pada program ini Program dilakukan langsung di masingmasing PDAM yang menjadi pilot.Dala pelaksanaan program, terlebih dahulu dilakukan analisis analisis agar program ini dapat berjalan dengan baik.Pertama dilakukan analisis profil masing-masing PDAM yang dijadikan pilot, kemudian melakukan analisis kekuatan dan kelemahan. Untuk menyusun strategi dilakukan workshop untuk tingkat staf yang mengelola program. Bersama sarna mendefinisikan target, dan yang paling penting memprioritaskan vocation training yang melibatkan staf yang bertanggung jawab dalam pemasangan dan perbaikan pipa, yang kemudian memfokuskan pekerjaan di lapangan. Sehingga program ini dikemas melalui workshop, training dan pelaksanan di lapangan. Untuk mendapat dukungan dari stakeholder dilakukan komunikasi dan informasi kepada stakeholder, terutama dengan badan politik (DPRD) dan pengambil kebijakan di daerah,dan juga melibatkan penduduk yang akan terkena dampak pekerjaan di lapangan. Kemudiaan dilakukan pressure management workshops untuk mendapat komitmen dari manajemen dalam menjalankan program penurunan tingkat kehilangan air. Dalamn mengorganisir program penurunan tingkat kehilangan air ini di masing masing PDAM di bentuk Tim NRW. PDAM Palembang membentuk tim khusus untuk penurunan tingkat kehilangan air yang ditempatkan pada kantor khusus. Begitu juga pada PDAM lainnya, masing masing berusaha mengubah sistem penurunan tingkat kehilangan air yang selama ini dilakukan dengan sistem yang diperkenalkan dalam program ini. Masing-masing PDAM memiliki prioritas sendiri, begitu juga dengan performance indicator yang dipilih yang nantinya dapat memonitor perkembangan proyek dan efisiensi program. Pada pelaksanaan program didatangkan tenaga ahli langsung dari Eropa untuk mengecek ulang data teknik yang di miliki masing masing PDAM dan memberi bimbingan teknik yang diperlukan oleh pelaksana di PDAM. Sedangkan teknikal audit dilakukan secara sistematis oleh masing masing direktur dan manajemen PDAM. Yang tidak kalah pentingnya didalam program ini adalah dilakukannya workshop untuk capacity building di masing masing PDAM. Hasil workshop ini antara lain bahwa PDAM dapat memahami kenapa PDAM harus mengganti jenis pipa steel ke pipa lainnya, umuk menghindari korosi, sedimentasi dan mengurangi sumbatan, misalnya pipa HDPE yang selama ini belum pernah digunakan sebelumnya di Makassar. Dengan mengetahui kelebihan yang dimiliki, pipa ini sekarang telah dipasang secara sistematis. PDAM Banjarmasin memberikan kesempatan kepada PDAM untuk mengadopsi solusi yang benar. Pelaksanaan program maju pesat. Sering kali kita temui dalam pelaksanaan satu program, apa bila satu tahap selesai , sulit untuk melanjutkan secara terus menerus, atau kesinambungan program kurang di perhatikan. Dalam program ini sustainability atau kesinambungan program sudah diprornosikan dari awal dengan membuat SOP dalam pelaksanaan yang akan dilakukan terus menerus nantinya oleh PDAM dan mernudahkan kontrol dan monitoring pada operasi di lapangan. Di PDAM pilot seperti di Palembang, Makassar, dan Banjarmasin program ini dilaksanakan secara berkesinambungan. Walaupun kalau dilihat dari sisi penurunan tingkat kehilangan air belum signifikan, namun dari segi pencatatan meter sudah memperlihatkan kenaikan yang cukup tinggi, karena program ini bara dilaksanakan di masing masing PDAM selama 12 bulan terakhir ini. Hasil yang bisa dilihat di PDAM pilot setelah mengikuti program ini antara lain berusaha mempergunakan desain baru untuk sambungan rumah, melakukan strategi tertentu untuk pengawasan terhadap pelanggan yang pemakaian airnya besar. Setiap PDAM membentuk Tim NRW (pengawasan kehilangan air), beralih ke pemakaian pipa HDPE terutama untuk sambungan rumah, menggunakan prosedur projek untuk internal SOP, penerapan QA/QC policy. Bisa atau tidak dilanjutkan program ini tergantung dari manajemen penurunan tingkat kehilangan air yang di terapkan oleh PDAM selanjutnya. (Ir Sukmayeni.Sy., M.M. Kepala Litbang Perpamsi) Post Date : 01 Agustus 2007 |