|
BAGI Sugiyanto (39) keinginan mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari selalu terngiang dalam pikiran dan impiannya. Soalnya, dia tinggal di RW V Desa Kotayasa Kecamatan Sumbang yang lokasinya relatif tinggi. Untuk itu, dia harus mengambil air dengan berjalan kaki sejauh 600 meter. "Pulang dari belik (sumber air di tepi sungai) sudah berkeringat lagi. Saya tinggal di daerah yang melimpah air tapi kesulitan untuk mendapatkan air," tutur ayah lima anak yang menjadi Kades Kotayasa sejak tahun 1999. Impian itu, lanjut dia, mulai terkuak setelah setahun menjadi kepala desa. Tanpa sengaja dia menemukan buku catatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang membebeberkan teknologi menaikkan air dengan pompa hidran biasa. "Tahun 2000 saya membuat pompa untuk keperluan sendiri dan berhasil meski debitnya kecil. Ternyata ada pipa yang bocor dan setelah diperbaiki justru menghasilkan tekanan yang tinggi." Agar pompa hidran itu maksimal, dia selalu konsultasi dengan Pak Parmin dari Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Baturraden. Melalui percobaan beberapa kali, ia berhasil membuat pompa hydraulic ram (hydram) yang bisa mengangkat air setinggi 57 meter. Peralatan yang digunakan berupa drum, pipa, dan pompa hydram sederhana yang terus-menerus diperbaiki. Dia kemudian membagikan air itu kepada anggota keluarga dan selanjutnya merambah kepada tetangga di lingkungan RW V. Keponakannya yang kuliah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto memberikan informasi agar mengikuti lomba karya inovatif yang diselenggarakan oleh Indonesia Daya Masyarakat. "Meski sederhana saya berhasil menjadi pemenang utama dan mendapat hadiah Rp 102 juta." Dikembangkan Dilandasi kebutuhan air bagi masyarakat di RW V yang meliputi enam RT dengan jumlah 500 kepala keluarga, maka dibentuk Paguyuban Masyarakat Pendamba Air Bersih (PMPAB). Sebagian hadiah digunakan untuk membuat pompa hydram dengan kapasitas besar. Adapun air diambil dari sumber air dari Sungai Lumarap. Meliputi pembuatan bak pelindung mata air, pemasangan pipa, pompa, pipa distribusi ke bak penampung yang menghabiskan dana Rp 97 juta. "Pompa hydram yang baru ini mampu mengangkat air setinggi 112 meter bahkan lebih kalau dirawat terus-menerus." Menurut dia, satu bak penampung untuk mendistribusikan empat kepala keluarga dengan iuran bulanan Rp 1.000. Masing-masing kepala keluarga dianjurkan agar menjaga instalasi dan menutup kran apabila sudah tidak menggunakan air. Teknologi terapan berupa pompa hydram itu banyak diminati terutama yang kesulitan air seperti dialami warga enam RT dari RW V. Bukan itu saja, Sugiyanto sudah membantu pembuatan pompa di Desa Batuanten Kecamatan Cilongok, Desa Karanggintung Kecamatan Sumbang sebanyak dua unit, di Purbalingga dan Pondok Pesantren Desa Gerten Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur masing-masing satu unit. (Anton Soeparno-55v) Post Date : 14 Februari 2006 |