Mamat Menyulap Sampah Jadi Ikan Hias

Sumber:Pikiran Rakyat - 12 April 2005
Kategori:Sampah Luar Jakarta
MAMAT Rachmat (40) lelaki asal Kampung Nagrog, Desa Linggajaya, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, adalah perajin berbagai macam kerajinan hiasan rumah. Pekerjaannya boleh dibilang sukses, karena hasil kerajinannya pernah terjual sampai keluar negeri, di antaranya, Belanda, Jerman dan Australia. Namun yang patut dibanggakan justru bahan baku yang digunakan berasal dari sampah yang tidak terpakai. Sampah itu, mereka daur ulang dan disulap menjadi sebuah karya seni yang cukup berharga.

Saat ditemui "PR", Kamis (17/3), di bengkelnya di Karang Taruna Karya Muda Saguling Babakan RT 04 RW 04 Kelurahan Kersamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasik, Mamat tampak sedang asyik mengutak-atik kerajinannya. Ia pun menceritakan kalau kepiawaian seninya itu didapat secara otodidak karena dirinya hanya seorang lulusan SD.

Ia pun bercerita sampah yang digunakan bahan baku itu berupa styrofoam bekas pelindung TV, kulkas, komputer dan alat elektronik lainnya atau bekas alas buah-buahan yang sudah tidak terpakai. Barang tadi biasanya dibeli dari pemulung.

Berbagai ukuran tak menjadi soal, lebar atau sudah hancur sekalipun karena dengan keahliannya, styrofoam yang rusak itu bisa disatukan menjadi gumpalan besar dan dibentuk sesuai dengan ukuran yang akan dijadikan kerajinan.

Setelah itu langkah selanjutnya, Mamat bersama rekan-rekannya mengukirnya memakai pisau tajam, kemudian dibentuk berdasarkan keinginan seperti bentuk binatang, ikan hias, atau taman yang khusus di dalam rumah.

Setelah itu mereka melakukan pewarnaan dengan tinta sesuai keinginan. Sekilas memang tampak sederhana pengerjaannya namun perlu keuletan dan ketelitian tinggi, apalagi pada saat membentuk, harus ditampilkan detail dari sebuah bentuk itu. "Kami sehari paling bisa mendapatkan dua buah karena pengerjaannya cukup lama," katanya.

Dari hasil kerjanya itu, ditampung dan dijual di Karang Taruna Karya Muda yang berlokasi di Kampung Saguling Babakan, Kelurahan Karsamenak, Kec. Kawalu Kota Tasikmalaya. Pemasarannya sudah diserahkan sepenuhnya kepada seorang rekan kerjanya, Ace bagian pemasaran Karang Taruna. Jadi kami tak bisa jual sendiri karena sudah ada ketentuan. Untuk ukuran ikan hias koki yang dilengkapi dengan taman bunganya, kepala harimau, kijang, berkisar Rp 60 ribu.

Sedangkan untuk taman di dalam rumah dijual permeter 100 ribu sesuai dengan ukuran panjang dan besarnya atas permintaan konsumen. "Itu sudah dilengkapi dengan tumbuh-tumbuhan air terjun dan berbagai ikan hias aslinya. Taman di dalam rumah itu semuanya menggunakan bahan daur ulang styrofoam.

Beberapa tahun ke belakang, pernah dijual ke Belanda, Jerman dan Australia melalui broker tapi memang jumlahnya sedikit karena waktu itu disatukan dengan kerajinan lain. Namun hal itu tidak berlangsung lama dan hingga sekarang tidak ada pesanan lagi. Meski begitu Mamat tidak putus asa dan terus menggeluti pekerjaannya itu hingga sekarang. Dari hasil keringatnya itu pula Mamat mampu menghidupi keluarganya.

Selama ini, katanya ia hanya bekerja tanpa adanya bantuan pemerintah. "Kami bermodal nekat saja. Kalau saja ada modal besar kami akan mengembangkannya lebih besar lagi terutama dalam hal pemasarannya," katanya.

Profesi yang digeluti Mamat dan rekannya itu sebetulnya sangat mulia selain bisa mengubah sampah menjadi karya seni, juga dapat mengurangi sampah perkotaan yang kadang menjadi problem sulit dipecahkan.

Kalau saja ada Mamat lain yang bisa mendaur ulang sampah dengan cara dan bentuk lain, tentu saja sampah di perkotaan akan bisa dikurangi sehingga sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) volumenya jadi sedikit. (Yedi S/"PR")



Post Date : 12 April 2005