Malra Krisis Air Bersih

Sumber:Koran Sindo - 27 Maret 2007
Kategori:Air Minum
AMBON(SINDO) Karakteristik wilayah Provinsi Maluku yang terdiri dari pulau-pulau kecil, ternyata menimbulkan kerawanan dalam penyediaan air bersih. Selain stok air tanah terbatas, sistem pengelolaannya pun belum menjangkau seluruh lapisan.

Salah satu wilayah yang cukup rawan adalah Kabupaten Maluku Tenggara (Malra). Wilayah yang hanya terdiri atas dua buah pulau utama dan puluhan pulau kecil ini sudah bertahun-tahun berkutat dengan masalah air bersih.Warga pedesaan umumnya masih menggunakan sebagian besar waktu dan tenaga untuk mendapatkan air bersih. Ketua Tim Komisi C DPRD Maluku Etty Manduapessy, yang baru kembali dari Malra, menyatakan keprihatinan itu.

Menurut dia, warga puluhan desa yang dikunjunginya mengeluhkan masalah air bersih. Pasalnya, sumber air bersih selalu berada di hutan-hutan yang jauh dari permukiman penduduk. Untuk mendapatkan air bersih,warga masih harus mengangkut dengan gerobak atau memikul dengan berjalan kaki ratusan meter. Desa yang kesulitan air bersih bukan satu dua, tapi hampir di seluruh desa di Malra mengalami hal yang sama, terang dia.

Dia mengakui,salah satu masalah yang dihadapi kabupaten itu adalah infrastruktur jalan yang rusak parah. Sekalipun demikian, dirinya mengusulkan Pemkab Malra lebih memprioritaskan pembangunan sarana air bersih bagi penduduknya. Jalan raya memang penting. Tapi air adalah kehidupan. Jadi sebaiknya pembangunan sarana air bersih menjadi prioritas pembangunan di wilayah ini, tegasnya. Wakil Bupati Malra Lambertus Nuhuyanan setuju dengan pandangan tersebut.

Dia menyebutkan, Pemerintah Kabupaten Malra memang mengalokasikan dana untuk pembangunan sarana air bersih di sejumlah desa. Namun, pihaknya terbentur dengan sumber air. Di Pulau Dullah Laut, misalnya, hingga kini masyarakat setempat masih mengonsumsi air payau. Meski rasanya asin, tapi tetap diminum karena hanya itulah sumber air bagi penduduk setempat. Di pulau itu, Pemerintah Provinsi Maluku telah membangun belasan bak penampung air hujan.Air hujan inilah yang digunakan warga setempat sebagai air minum.

Nuhuyanan setuju pembangunan sarana air bersih menjadi prioritas karena air bersih berkaitan erat sekali dengan kesehatan masyarakat. Dia menyesalkan sejumlah proyek air bersih yang sudah dikerjakan di Malra ternyata tidak tuntas. Usulan ang-gota DPRD Maluku ini akan menjadi perhatiannya. Sementara itu, ahli evaluasi lahan dan rencana penggunaan lahan dari Universitas Pattimura, Ir Conrad Ufie MSc, mengatakan, situasi krisis air yang sedang dihadapi di Malra jauh lebih gawat dari kesan banyak orang.

Menurut dia, kerawanan air terjadi di hampir seluruh pulau di Malra, termasuk di Tanimbar Kei,Kur,Tam,Tayando,kecuali di Kei Besar. Dia beralasan, pulaupulau itu terbentuk dari struktur batu karang yang banyak pori-porinya.Air hujan yang masuk ke tanah terus menembus pori-pori dan masuk ke laut. Di luar Malra, sejumlah pulau di Maluku Barat Daya juga memiliki struktur yang sama sehingga rawan kelangkaan air.

Sebab itu,menurut Ufie, sering terjadi bencana kelaparan di beberapa pulau karena stok air tanah memang habis pada musim tertentu. Belum lama ini, kata Ufie, dia memimpin Tim Pemetaan Perwilayahan Komoditas Perkebunan Kabupaten Malra 2006.Tim hasil kerja sama Fakultas Pertanian Universitas Pattimura dengan Dinas Kehutanan, Perkebunan, dan Lingkungan Hidup ini melakukan studi di Malra. Hasilnya, mereka menawarkan konsep polikultur organik untuk pulau-pulau di Malra. Dalam konsep ini, pulau-pulau kecil di Malra disarankan agar mengembangkan tanaman perkebunan dan hortikultura pohon. Hanya dengan polikultur organik, struktur batu karang dapat disiasati sehingga mampu mencegah intrusi air laut, terangnya.

Menurut Ufie, polikultur organik berbasis pada prinsip konservasi sehingga meskipun pulau-pulau di Malra seluruhnya pulau kecil dari struktur batu karang, tanaman perkebunan dan hortikultura pohon akan mampu menjaga ketersediaan air tanah. Ufie menyebutkan, kebanyakan pulau di Malra memiliki topografi yang datar sehingga tidak memiliki lensa air di bawah permukaan tanah.Kecuali Kei Besar yang bergunung tinggi, di bawahnya terdapat lensa air sehingga tidak terjadi kerawanan seperti di pulaupulau lain. (rudi fofid)



Post Date : 27 Maret 2007