|
SUKABUMI, (PR). Mewabahnya penyakit menular malaria dan kusta di beberapa daerah di Kec. Simpenan Kab. Sukabumi beberapa tahun lalu, akibat dari buruknya kondisi sanitasi kesehatan masyarakat serta pengaruh dari kerusakan lingkungan setempat. Penyakit malaria muncul sebagai dampak dari penggundulan hutan, sehingga nyamuk malaria yang biasa hidup di hutan belantara, masuk ke pemukiman penduduk, seperti di Desa Loji dan Kertajaya. Sementara penyakit kusta, disebabkan akibat kotornya lingkungan seperti ketiadaan sarana air bersih, MCK (mandi cuci kakus) serta kotornya air selokan. "Namun, penanggulangan penyakit tersebut tidak hanya tugas Dinas Kesehatan, melainkan melibatkan dinas dan instansi lainnya yang terintegrasi melakukan penanggulangan secara simultan," kata Camat Simpenan, Erry Erstanto Yulia, S.I.P., ketika ditemui di kantornya, kemarin. Menurut dia, penanggulangan penyakit malaria harus melibatkan Dinas Kehutanan (Dishut) dengan melakukan reboisasi hutan-hutan yang gundul, sehingga nyamuk malaria itu kembali ke habitatnya di hutan. Rencananya, Dishut akan melakukan reboisasi hutan dengan menanam pohon di lahan sekira 25 hektare. "Ada cara lain yang sedang dilakukan masyarakat untuk mencegah gigitan nyamuk malaria tersebut. Mereka sengaja beternak kerbau, sehingga serangan nyamuk malaria itu tidak akan langsung mengigit manusia, tapi kerbau dulu. Makanya sekarang, masyarakat yang punya kerbau jadi bertambah," katanya. Erry menyebutkan, ancaman penyakit malaria di sejumlah desa di Kec. Simpenan perlu diwaspadai. Terlebih di Kec. Simpenan ini terdapat 12 macam vektor penyakit malaria, mulai dari yang ringan sampai kepada vektor yang paling ganas. "Jadi jumlah vektor malaria terlengkap, mulai dari yang ringan hingga yang ganas hanya ada di Simpenan dan Papua. Informasi ini menurut hasil penelitian dari para ahli kesehatan dan penyakit menular, sehingga ancamannya perlu diwaspadai," tuturnya. Sedangkan penderita kusta, menurut Erry, ada sekira 40 orang di satu kampung di Desa Cibuntu. Hingga kini masih dalam tahap pengobatan secara rutin oleh Dinkes Kab. Sukabumi hingga mereka bisa sembuh total. Pengobatan para pasien penyakit kusta tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, sampai 2-3 tahun. "Jadi, memang penyembuhan penyakit ini cukup lama. Dikarenakan saat ini sedang dalam pengobatan sehingga penyakitnya tidak menular lagi. Oleh karena itu, masyarakat tidak mengucilkan para penderita karena sudah tahu mereka tidak menular lagi. Jadi, para penderitanya biasa saja berbaur dengan masyarakat lainnya tanpa merasa dikucilkan," ujarnya. Upaya pencegahan penyakit tersebut, menurut Erry, selama ini dengan membersihkan sanitasi lingkungan, sebab itulah faktor utama menjangkitnya penyakit kusta tersebut. (A-67) Post Date : 14 Juni 2006 |