|
MALANG (Media): Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang, Jawa Timur (Jatim), kemarin, memberlakukan status siaga setelah empat kecamatan di wilayah tersebut diterjang banjir sejak Minggu (16/10). Kepala Sub Bidang Siaga Penyelamatan Pemkab Malang Syaifuddin mengatakan kebijakan diambil karena sebanyak 15 kecamatan di wilayah tersebut tercatat sebagai daerah rawan bencana dan hampir setiap musim hujan selalu terjadi banjir dan longsor. Karena itu, ujarnya, kemarin, pemkab telah meminta penduduk yang bermukim di daerah rawan bencana agar meningkatkan kewaspadaan terutama pada saat hujan lebat. Menurut Syaifuddin, salah satu penyebab bencana banjir dan longsor selain hujan lebat juga akibat hutan di kawasan Malang bagian selatan gundul. Untuk mengantisipasi bencana susulan, Pemkab Malang meminta warga segera membangun posko bencana di daerah masing-masing yang berfungsi sebagai pusat informasi. Dia juga menyebutkan luas hutan gundul di wilayah Malang mencapai 77.000 hektare (ha), sedangkan lahan kritis 32.000 ha. Empat wilayah kecamatan yang dilanda banjir itu adalah Tirtoyudo, Ampelgading, Dampit, dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Banjir merendam ratusan rumah penduduk, bangunan sekolah, dan memutus jembatan. Sedangkan longsor menimbun sejumlah ruas jalan. Bahkan, seorang penduduk Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Sugiman, 19, tewas akibat terseret arus Sungai Bumirejo. Mayat warga yang tinggal di Dusun Kampung Teh itu ditemukan di Desa Sitiarjo pada Senin (17/10) malam (Media, 19/10). Kemarin, banjir di empat kecamatan mulai surut. Petugas gabungan bersama masyarakat kerja bakti membersihkan areal yang terkena musibah. Sebagian masyarakat memperbaiki rumah yang rusak. Rawan longsor Sementara itu, tingginya curah hujan dikhawatirkan menimbulkan bencana longsor di beberapa ruas jalan wilayah Jawa Barat (Jabar) dan Banten yang akan dilalui pemudik menjelang Lebaran. Kepala Subdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMB) Surono kepada Media di Bandung, Selasa (18/10), mengatakan di dua wilayah tersebut terdapat terdapat 37 titik rawan longsor di sembilan jalur. Kesembilan jalur itu adalah jalan Rangkasbitung-Bogor-Ciawi, Ciloto-Cianjur, Padalarang-Cianjur, Padalarang-Purwakarta, Bandung-Sumedang-Kadipaten, Nagreg-Malangbong-Tasikmalaya, Nagreg-Garut-Tasikmalaya, Sukabumi-Pelabuhan Ratu, dan Ciawi-Cibadak-Sukabumi. Menurutnya, penetapan jalur dan titik rawan longsor itu dimaksudkan agar semua pihak, termasuk pengguna jalan, mewaspadai kemungkinan terjadinya longsor di jalur tersebut. ''Meski longsor tahun ini tidak ada perubahan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu, semua pihak agar mewaspadai terutama ketika melintasi jalur rawan (longsor),'' katanya. Untuk antisipasi awal, kata Surono, pemerintah daerah harus menyiapkan sejumlah alat berat seperti dan petugas yang bisa bekerja selama 24 jam di lokasi rawan longsor. ''Jika terjadi longsor di bahu jalan, alat berat tersebut tinggal dioperasikan sehingga tidak mengganggu ruas lalu lintas mudik.'' Dia juga mengatakan ke-37 titik yang dikatagorikan rawan longsor bukan disebabkan kualitas bangunan, melainkan lebih diakibatkan pengaruh geografis dan gelologis. Bahkan, tambahnya, tanah beberapa jalur jalan di Jabar masih tergolong labil sehingga mudah bergerak. Atas kemungkinan munculnya bencana itu, Gubernur Jabar Danny Setiawan menyatakan telah meminta Dinas Bina Marga untuk segera mengirim alar berat ke lokasi rawan longsor. ''Guna mencegah longsor di beberapa daerah di Jabar, kami telah melakukan koordinasi dengan DVMB dan Dinas Bina Marga, termasuk dengan pemerintah kota dan kabupaten untuk menyediakan alat berat,'' kata Danny. Empat jalur kereta api (KA) daerah operasional VI Yogyakarta juga dipastikan rawan longsor dan banjir memasuki musim hujan. Keempat titik itu adalah Kilometer 517+200 antara Wates dan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Kilometer 539+300 antara Patokan dan Yogyakarta, Kilometer 224+400 antara Kedungbanteng dan Ekobrowo, Kabupaten Kebumen, dan di Kilometer 74+600 antara Goprak dan Sumber Lawang di Kabupaten Boyolali. Hujan deras disertai angin, kemarin petang, mengguyur Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ini merupakan hujan pertama setelah 10 bulan wilayah tersebut kekeringan yang mengakibatkan petani gagal panen dan gagal tanam. Akibat hujan deras, jalan-jalan protokol di Kota Kupang tergenang air bercampur sampah yang meluap dari got. Jalan yang tergenang antara lain Jl Urip Sumoharjo, Jl Ahmad Yani, Jl Tom Pello, Jl WJ Lalamentik, dan Jl El Tari. (BN/EM/SO/PO/N-1) Post Date : 20 Oktober 2005 |