Malang Menjelma Bumi Plastik?

Sumber:Kompas - 11 Oktober 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Gunungan sampah plastik semakin lama menutupi bumi dan mewujudkan bumi plastik di Malang? Jangan sampai terjadi. Sudahkah terbayangkan jika kota pegunungan nan sejuk dan indah ini berubah menjadi bumi plastik? Tentu kemunduran dan kerugian yang luar biasa.

Keprihatinan inilah yang menjadikan sekelompok seniman Malang yang tergabung dalam Marginal Art Community menggelar pameran Malang Art Gathering 2010 di gedung Dewan Kesenian Malang (DKM), 8-10 Oktober 2010.

Mereka memamerkan seni instalasi berjudul Bumi Plastik, membuat miniatur bola dunia dari tas plastik bekas (kresek), menutupi genteng bangunan DKM dengan kresek, dan segala hal berbau kresek.

Setidaknya 50 kilogram kresek bekas dikumpulkan dari berbagai tempat untuk kegiatan ini.

”Kresek adalah salah satu barang yang mudah dan gampang didapat saat ini. Kalau orang tidak bijak menggunakannya, maka bisa menimbulkan dampak buruk bagi Bumi,” tutur Andre Hansen, ketua panitia Malang Art Gathering 2010, Minggu (10/10) di Malang.

Keprihatinan dan kekhawatiran penumpukan sampah, khususnya kresek di Malang, menjadikan mereka memberi perhatian khusus pada barang sepele yang kadang tidak diperhitungkan ini.

”Kresek adalah benda paling sepele dan mudah didapatkan. Saking mudahnya, lihat saja begitu banyak sampah plastik dan kini menyumbat aliran sungai, mengotori keindahan sungai-sungai di Malang, hingga nyangkut di pepohonan di mana saja,” ujar Andre.

Sampah plastik, menurut Hamzah, salah seorang panitia kegiatan, adalah sampah yang tidak bisa terurai. Itu sebabnya meski telah bertahun-tahun lamanya, tetap saja kresek itu akan menjadi sampah.

Rata-rata volume sampah harian di Kota Malang 350 ton per hari. Adapun sampah yang bisa diolah di tempat hanya 10 persen.

Selama ini rata-rata volume sampah di Kota Malang cenderung tidak berkurang, khususnya saat waktu tertentu seperti hari raya. Dalam tiga hari libur Lebaran lalu saja ada sekitar 1.100 ton lebih sampah di Kota Malang. Bayangkan kalau seluruh sampah itu berupa plastik dan tidak terurai.

Beberapa waktu lalu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Karangploso Malang menyebutkan ada peningkatan suhu 0,050 derajat Celsius setiap tahun di Malang sejak 1991-2006. Jika suhu maksimum absolut Malang tahun 1990 berkisar 29,10 derajat Celsius hingga 33,20 derajat Celsius tahun 2006 pernah mencapai 33,80 derajat Celsius.

Demikian pula halnya dengan suhu minimum. Kalau tahun 1990 bisa 15,50 derajat Celsius, tahun 2006 suhu minimum Malang sudah naik menjadi 20 derajat Celsius.

Simbolis

Bukan hanya dampak negatif dari sampah plastik kresek saja yang ingin disampaikan oleh para seniman muda ini. Mereka sebenarnya juga menyampaikan pesan melalui simbol kantong plastik.

”Plastik kresek itu sebenarnya adalah media universal. Semua bisa masuk dan terwadahi di sana. Harapannya, dengan meniru manfaat positif dari kresek,pihak terkait di Malang memberi perhatian dan memberi wadah agar kesenian di Malang tumbuh berkembang dengan semakin baik,” kata Andre.

DKM sebagai wadah berkesenian di Kota Malang, menurut Andre, selama ini belum menjalankan perannya sebagai institusi penggerak kesenian di Kota Malang.

”Yang terjadi adalah upaya berkesenian di Malang akhirnya muncul secara parsial. Hasilnya, proses berkesenian dan hasil berkesenian di Malang tidak pernah menjadi maksimal,” ujarnya.

Bagi komunitas Marginal Art Community , pameran seni instalasi yang dirangkai dengan kirab budaya, pameran seni lukis, teater, dan berbagai pentas itu mencoba mengingatkan warga Malang untuk bersama-sama sadar dan berperilaku bijak atas plastik kresek ini. Apakah bisa memanfaatkannya dengan baik untuk kepentingan hidup atau lebih menjadikannya sebagai perusak lingkungan?  Dahlia Irawati



Post Date : 11 Oktober 2010