|
Makassar, Kompas - Pemerintah Kota Makassar menawarkan kompos sampah, hasil pengelolaan sampah dari TPA Tamangappa, kepada pihak-pihak yang berminat. Pasalnya, produksi kompos sampah yang merupakan hasil kerja sama Pemkot Makassar dan Australia hingga kini pemasarannya masih terbatas. Wakil Wali Kota Makassar A Herry Iskandar, Jumat (29/6), mengatakan, produksi kompos di TPA Tamangappa sudah cukup memadai, yakni sekitar 10 ton per hari. Jika pemasaran bisa ditingkatkan, maka kapasitas produksi juga bisa ditingkatkan menjadi 20 ton per hari. Sejauh ini, yang rutin membeli kompos hasil kerja sama Makassar-Australia ini adalah PT Inco, perusahaan tambang nikel yang menggunakan kompos sampah untuk menutup tailing. Selebihnya masih terbatas ke konsumen perorangan. Bila pemasarannya lebih luas, diyakini produksi kompos akan lebih banyak sehingga secara signifikan akan mengurangi tumpukan sampah, sebuah persoalan pelik bagi kota berpenduduk 1,3 juta jiwa ini. Menurut Herry, karena masalah pemasaran ini pula, produksi kompos sampah terhenti beberapa waktu. Pengelolaan sampah menjadi kompos dimulai sejak tahun 1998 melalui kerja sama Pemerintah Kota Makassar dan PT Orgi dari Australia. Pabrik pengelolaan sampah ini berada di TPA Tamangappa, sementara tenaga kerja berikut operator adalah gabungan dari tenaga kerja lokal dan Australia. Menurut Kepala Dinas Keindahan dan Lingkungan Hidup Kota Makassar Burhanuddin, luas TPA Tamangappa sekitar 14 hektar. Dengan kondisi pengolahan seperti saat ini, masa pakai TPA diperkirakan bisa sampai tujuh tahun ke depan. Bila sampah yang diolah menjadi kompos bisa ditingkatkan, maka masa pakai TPA dapat lebih panjang. "Sejauh ini produksi sampah Kota Makassar sekitar 3.582 meter kubik (m3) per hari atau sekitar 700 ton per hari. Sampah yang diproduksi menjadi kompos ini diperkirakan baru sekitar 10 persen dari total sampah yang menumpuk di TPA Tamangappa," katanya. Saat ini, tumpukan sampah sudah menempati areal 5-6 hektar dengan ketinggian 5-10 meter. "Yang diolah jadi kompos adalah sampah tahun 1993-1994," kata Burhanuddin. Kendala masalah sampah yang lain, ujar Herry, adalah keterbatasan alat angkut dan eskavator. Akibatnya, dari 3.582 m3 sampah Kota Makassar, baru sekitar 85 persen yang bisa diangkut. Dari jumlah yang diangkut ini, sekitar 48 persen adalah sampah rumah tangga; 38 persen dari fasilitas umum, berbagai instansi, dan sejenisnya; dan sisanya 14 persen dari industri dan sampah jalanan. (ren) Post Date : 30 Juni 2007 |