Majalaya Krisis Air Bersih

Sumber:Pikiran Rakyat - 20 November 2008
Kategori:Air Minum

SOREANG, (PR).- Pascabanjir bandang yang melanda Kec. Majalaya Kab. Bandung, warga mulai mengeluhkan ketersediaan air bersih. Banyaknya sumur warga yang tercampur lumpur menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan air bersih.

Hal tersebut diakui oleh Kepala Desa Majalaya Kab. Bandung A. Dani Arifin. Menurut dia, ketersediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari sangat vital bagi warga.

Banjir bandang yang melanda Majalaya hingga dua kali selama musim hujan kali ini, menyebabkan sumur-sumur warga tak lagi dapat digunakan karena tercampur lumpur yang cukup pekat.

"Sekarang yang paling dibutuhkan warga adalah air bersih. Air bersih menjadi barang yang sangat sulit didapat di sini," kata Dani, saat ditemui di sela-sela acara pemberian bantuan Indosat bagi warga Majalaya di Gedung Desa Majalaya, Rabu (19/11).

Saat ini, menurut Dani, air bersih di desa-desa korban banjir menjadi berwarna cokelat karena bercampur lumpur. Untuk mendapatkan air bersih, warga harus rela menunggu distribusi air dari instansi terkait.

Namun, air yang diangkut dengan kendaraan tangki itu jumlahnya terbatas, sehingga tak semua warga mendapatkan jatah air bersih sesuai dengan kebutuhan mereka.

Kesulitan air bersih tersebut diakui pula oleh Memed (60), salah seorang tokoh masyarakat RW 7 Desa/Kec. Majalaya. Akibat kurangnya air bersih, kata dia, banyak warga yang terkena penyakit diare, terutama anak-anak.

Penyakit lainnya seperti gatal-gatal dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) juga banyak dikeluhkan warga. "Untuk saat ini, yang paling dibutuhkan itu bantuan air bersih, logistik, dan pelayanan kesehatan," kata Memed.

Kaporitisasi

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kab. Bandung dr. Achmad Kustijadi, M.Epid. mengatakan, kesulitan air bersih itu telah diprediksi sebelumnya. Menurut dia, tak lama setelah banjir, sejumlah petugas Dinkes Kab. Bandung telah melakukan kaporitisasi atau pemberian kaporit untuk sumur-sumur yang terkena banjir.

Sebanyak 1.473 sumur warga di Desa Sukamaju, Majalaya, Majasetra, dan Majakerta, telah diberi kaporit. Selain itu, dilakukan lisolisasi (pemberian lisol) untuk 3.047 rumah di daerah tersebut. Hal itu dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh air yang tercemar.

"Kaporitisasi dilakukan dengan pemberian kaporit dalam bentuk tablet kepada masyarakat untuk menjernihkan sumur mereka. Kaporitisasi ini akan terus dilakukan selama masyarakat masih kesulitan air bersih," kata Achmad. Upaya itu untuk menekan penyakit diare yang dikhawatirkan merebak pascabanjir.

Melalui pelayanan puskesmas keliling yang terdapat di beberapa titik di Majalaya sejak banjir bandang Kamis (13/11) hingga kemarin, sebanyak 1.026 warga telah berobat. Menurut Achmad, Dinkes mencatat 10 penyakit terbanyak yang diderita korban banjir di Majalaya. Diare berada pada urutan ke-7 dari 10 penyakit terbanyak itu, tepatnya diderita oleh sekitar 3,53% dari total jumlah pasien yang berobat.

Berdasarkan laporan dari posko kesehatan di wilayah Kec. Majalaya, pegal-pegal masih yang paling banyak dikeluhkan warga (32,15%). Penyakit lainnya, ISPA (21,55%), dermatitis/penyakit kulit (19,08%), cephalgia/pusing-pusing (6,36%), batuk (3,88%), gastritis/gangguan lambung (3,53%), diare (3,53%), hipertensi/darah tinggi (3,18%), rematik (1,76%), dan demam (1,76%).

"Meskipun diare tak terlalu banyak, kita tetap melakukan upaya-upaya antisipasinya. Jangan sampai diare menjadi KLB (kejadian luar biasa-red.) di Majalaya," kata Achmad.

Bantuan

Sementara itu, bantuan dari Pemkab Bandung mulai didistribusikan. Namun, hingga pukul 16.00 WIB kemarin, tiap desa baru mendapatkan masing-masing 100 bungkus paket sembako. "Pemberian sembako itu rencananya akan dilakukan secara bertahap. Kemungkinan sampai besok pagi (Kamis-red.), kami masih akan mendapatkan tambahan sembako lagi," kata Dani.

Kota Kecamatan Majalaya masih penuh dengan lumpur hingga kemarin. Meskipun tak separah sebelumnya, belum semua lumpur dapat dibersihkan dari permukaan jalan. Alat berat masih beroperasi ditambah sejumlah relawan dan warga sekitar.

Sejumlah masyarakat yang ditemui mengaku, mereka masih khawatir dengan datangnya banjir bandang yang bisa datang sewaktu-waktu. Sebagai bentuk antisipasi, banyak warga yang mengungsi ke tetangga terdekat yang memiliki rumah bertingkat.

Seperti yang dialami Titi (52), warga Kp. Kondang Desa Majalaya. Hingga kemarin, Titi dan keluarganya masih menumpang di rumah tetangganya. "Airnya memang sudah surut. Tetapi, lumpurnya masih banyak," ujar Titi. (A-116/A-124/CA-177/CA-175)



Post Date : 20 November 2008