|
MADIUN - Banjir langganan di sejumlah kecamatan di wilayah Kabupaten Madiun, Magetan, dan Ngawi Selasa malam datang kembali. Akibatnya, ratusan rumah di tiga kabupaten itu terendam. Tak hanya itu, banjir juga menyebabkan ratusan hektare lahan sawah terancam gagal panen. Walaupun banjir nyaris datang setiap musim hujan, hingga kini belum terlihat langkah-langkah kongkrit dari Pemkab Madiun, Magetan dan Ngawi guna mengatasinya agar bencana langganan ini tidak kembali datang. Di wilayah Kabupaten Madiun, sedikitnya empat kecamatan di wilayah ini yang terendam banjir. Yaitu, Balerejo, Madiun, Sawahan dan Wonoasri. Kondisi paling parah dialami warga di Kecamatan Balerejo yang setiap tahun menjadi langganan banjir lantaran luapan air Kali Jeroan anak sungai Kali Madiun. Hampir semua desa di wilayah Balerejo rawan terjadi banjir. Kali ini, hampir separo wilayah Kecamatan Balerejo terendam banjir. Rata-rata banjir yang menggenangi rumah, pekarangan, lahan sawah dan jalan desa itu setinggi 50 cm. Tetapi di Dusun Kasreman Desa/Kecamatan Balerejo, genangan air mencapai 1,5 meter. Menurut warga setempat air mulai meluap dan menggenangi dusun mereka hari Selasa 2 Mei 2006 sekitar pukul 24.00 dan baru surut sekitar pukul 05.00 kemarin. Hal serupa juga dialami empat dusun lainnya di wilayah itu. Untungnya, sebagian besar rumah penduduk di wilayah itu dibangun lebih tinggi dari jalan. Ini dilakukan lantaran hampir dipastikan setiap tahun daerah tersebut dilanda banjir. Sehingga air yang masuk ke dalam rumah rat-rata hanya setinggi 20 cm. Tetapi lantaran tingginya air yang menggenangi jalan, warga dusun tersebut nyaris terisolasi. Mereka terpaksa menggunakan rakit buatan dari batang pohon pisang untuk keluar dari dusunnya. Menurut warga sekitar, sebenarnya di dusun tersebut sudah dibangun tangkis untuk menahan luapan air dari anak sungai Kali Jeroan yang melintas daerah tersebut. Tetapi keberadaan tangkis tersebut justru dituding menjadi penyebab banjir. Pasalnya, pintu pembuangan air dari tangkis ukurannya sangat kecil. Sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar dan akhirnya justru meluap ke dusun sekitarnya. "Malah akhirnya air yang di dusun tidak bisa keluar karena posisi tangkis lebih tinggi," ujar salah seorang warga. Lantaran genangan air beberapa sekolah di Desa Balerejo diliburkan. Salah satunya SDN Balerejo 2 dan TK Dharma Wanita Cabang Dinas Balerejo. Gedung sekolah yang terletak dalam satu kompleks itu terendam air. "Sebenarnya anak-anak tetap berangkat sekolah. Tetapi karena ruang kelas terendam air dan tidak memungkinkan untuk belajar mengajar maka anak-anak diliburkan," ujar Nuraini Widiastuti, Kepala Sekolah (Kasek) SDN Balerejo 2 kepada koran ini. Menurut dia, air diperkirakan masuk sekitar pukul 03.00 dini hari. Air setinggi 20 cm menggenangi dua ruang kelas dan satu ruang olahraga. Hingga pagi hari kemarin air belum surut sehingga ruang kelas yang terendam tidak bisa dipakai untuk kegiatan belajar mengajar. Selain Balerejo, genangan air cukup tinggi juga terjadi di Desa Garon Kecamatan Balerejo. Genangan air yang setinggi 50 cm dan menggenangi rumah penduduk terjadi di Dusun Bakung dan Plembangan. Air menggenangi sekitar 134 rumah penduduk di dua dusun tersebut. Selain itu lahan sawah seluas 125 hektar juga terendam. Tanaman padi yang baru berusia 1,5 bulan turut menjadi korban dan belum diketahui apakah petani setempat masih bisa merasakan panen. "Kerusakan padi belum bisa ditaksir karena semakin siang air semakin tinggi," ujarnya. Karena genangan air tersebut, salah seorang warga terpaksa menunda acara resepsi pernikahan. Dia adalah Sawal Marni, warga Desa Garon. Mestinya, hari ini, keluarga tersebut akan menggelar resepsi pernikahan dan iiab kabul putrinya. Tetapi lantaran banjir, acara hajatan tersebut terpaksa batal digelar. Ijab kabul pasangan pengantin ini terpaksa dilakukan di rumah tetangga yang tidak terendam air. Tidak hanya petani saja yang merasa waswas dengan nasib lahan garapannya. Puluhan petani ikan di Desa Glonggong harus menelan pil pahit kehilangan ikan piaraannya. Ini setelah puluhan kolam ikan di wilayah tersebut meluap karena banjir. Akibatnya, sekitar 25 ribuan ikan piaraan yang sedianya akan dipanen dalam waktu dekat hanyut terbawa air. "Yang tersisa paling hanya 30 persen saja. Itu hanya di Dusun Plumpung saja belum di dusun lainnya," ujar Gunawan, peternak ikan di Plumpung kepada koran ini. Menurut dia, banjir di wilayah Glonggong terjadi karena tangkis anak sungai Kali Jeroan tidak mampu menampung luapan air. Ini karena pintu air buangan ke Kali Jeroan ukurannya sangat kecil. Sehingga, air tidak bisa terbuang lancar. Tidak hanya itu, di beberapa tempat penahan air (tangkis, red) Kali Jeroan juga ambrol tergerus air. "Kalau tidak segera diperbaiki bisa membahayakan penduduk yang tinggal di pinggir kali," jelasnya. Sementara di wilayah Kecamatan Madiun, air juga menggenangi lahan sawah, rumah dan gedung sekolah. Lantaran gedung sekolahnya tergenang air, siswa Kelas 3 di SMP Negeri 2 Nglames terpaksa harus menjalani ujian dengan kondisi kelas cukup memperihatinkan. Mereka harus bertelanjang kaki masuk ke ruang kelas. Setelah sebelumnya bekerja bakti menguras air yang menggenangi ruang kelas setinggi 20 cm. "Terpaksa pengurus OSIS diminta untuk ikut kerja bakti," kata Suwito, Kasek SMPN 2 Nglames. Air diketahui mulai menggenangi kompleks sekolah yang terletak di pinggir saluran air itu hari Selasa malam sekitar pukul 21.00. Diketahui dua ruang kelas, dua ruang guru, dua ruang laboratorium komputer dan ruangan UKS terendam air setinggi 20 cm. Untungnya, saat air mulai menggenang penjaga sekolah segera menyelamatkan arsip-arsip kantor dan peralatan komputer. "Selama musim penghujan sudah empat kali sekolah ini tergenang banjir," ungkapnya. Sedangkan di Dusun Ngampel Desa Sumberejo Kecamatan Madiun, sejak pagi hari warga setempat sibuk menguras rumah mereka yang terendam air. Air mulai menggenang dusun tersebut hari Selasa tengah malam. Lantaran air semakin meninggi, warga setempat segera menyelamatkan barang-barang berharga terutama barang elektronik ke tempat yang lebih tinggi di dalam rumah. Karena air hanya menggenang setinggi 30 meter warga tidak harus mengungsi dari rumah mereka. "Pokoknya sebisanya diselamatkan agar tidak terendam air," ujar Marto, warga Ngampel. Berdasar data yang dihimpun oleh Satkorlak Penanggulangan Bencana Kabupaten Madiun banjir menggenangi 26 desa di empat kecamatan. Dengan perincian Kecamatan Balerejo sebanyak 9 desa, Sawahan sebanyak 4 desa, Wonoasri sebanyak 2 desa dan Madiun sebanyak 11 desa. Tercatat ada 140 unit rumah, 255 hektare lahan sawah dan 496 hektare lahan pekarangan tergenang air. "Belum bisa ditaksir berapa total kerugian. Saat ini, Satkorlak masih terus memantau kondisi di lapangan," ujar Kasubdin Humas Mardii kepada wartawan saat dikonfirmasi. Berdasar laporan yang ditujukan kepada Bupati Madiun tersebut, penyebab banjir diketahhui lantaran luapan air dari sejumlah sungai yang ada di wilayah Kabupaten Madiun terutama anak sungai Kali Jeroan. Banjir di wilayah Kecamatan Madiun disebabkan luapan air dari Kali Sentono. Banjir diketahui mulai terjadi sekitar pukul 24.00 hari Selasa dan surut sekitar pukul 03.00 kemarin. Sedangkan banjir di Kecamatan Wonoasri yang menggenangi Desa Sidomulyo dan Ngadirejo disebabkan karena luapan air dari Waduk Dawuhan dan Kali Uluh. Sementara di wilayah Kecamatan Balerejo yang setiap tahun menjadi langganan banjir, air meluap dari Kali Sentono, Kalai Uluh, Kali Apur dan Kali Jeroan. Hanya di wilayah Kecamatan Sawahan saja banjir tergolong ringan dan hanya menggenangi areal persawahan lantaran luapan air dari saluran irigasi. (yup) Post Date : 04 Mei 2006 |